logo mak-adang.com

In Memorium: Drg. MASRA ROESNOER M.Kes.

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     13/02/2023    Ikrar Sedunia 1   307 Views
In Memorium: Drg. MASRA ROESNOER M.Kes.

Catatan Harianku (228)

Enam tahun lalu, Mak-Adang menulis kawan masa Kecil di Nagari Keramat. 5iahkan baca untuk menjadi teladan.
***

Pejuang itu telah mendahului kita menghadap kekasihnya, Allah Swt yang menggenggam setiap jiwa.

Sekitar 10 jam lalu, sahabat saya satu ini telah dimakamkan di Pandam Pekuburan Ikatan Keluarga Rao Rao, Subarang Padang. Pemakaman yang hanya sempat saya ikuti melalui media sosial ini oleh keluarga terdekat serta kolega dan mahasiswa beliau di Universitas Baiturrahmah Padang.

Sama seperti pemakaman, kiprah Masra dalam 2 sampai 3 tahun terakhir hanya saya ikuti melalui foto dan kabar di Facebook. Dan seakan tak percaya ketika petang kemaren, usai menghadiri pesta putra uda Syafruddin Abdullah, saya tahu kabar duka ini.

Innalillahi wainnailaihi rojuin. Kehidupan berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya.

Siapa Masra bagi saya. Ia adalah teman sebaya yang setiap berangkat dan pulang pergi ke rumah kayu Piliang saya melewati rumahnya di Caniago. Tapi hanya berjarak 4 atau 5 rumah gadang dari rumah saya. Waktu masih di kampung, ketika rumah-rumah gadang masih berpenghuni, kampung sangatlah ramai, anak anak bermain di semua sudut Nagari, saya termasuk sering berjumpa dengan si Mas, panggilan akrabnya.

Kemudian, sebagai Nagari Keramat yang penduduknya banyak sekolah dan merantau, kampung berangsur sepi, semua orang potensial beroleh kehidupan baik dan berpencar di semua rantau.

Si Mas kebetulan menjadi mahasiswa kedokteran gigi di Universitas yang kini ia menjadi staf pengajar dan menjadi Pembantu Dekan III bidang kemahasiswaan.

Bagaimana ia menjadi sangat terpelajar. Itulah yang menjadi alasan di awal tulisan ini menyebutnya sebagai pejuang. Pejuang yang berhati baik, tampak dari berbagai komentar di dinding Facebook nya dalam dua hari terakhir. Judulnya tentu: Tidak percaya. Dan Kehilangan.

Yah.. teman ini adalah seorang pejuang. Sekitar tahun 1993 di Padang saya pernah periksa gigi ke klinik Universitas tersebut. Di sana saya berjumpa si Mas. Sebagai senior diantara mahasiswi yabg praktik, ia turut memeriksa gigi saya. Lalu memberi petunjuk kepada petugas praktik.

Lain waktu, saya sering bolak balik dari Air Tawar ke Pasar Padang. Usai mengantarkan tulisan opini ke Singgalang, saya memberhentikan oplet putih dan duduk di depan. Ternyata yang jadi supirnya adalah si Mas. Kami pun bercerita banyak hal tentang sekolah dan kehidupan di Padang.

Dua hal ceritanya yang saya ingat, pertama tentang seorang gadis yang dia dekat lalu kemudian renggang karena ada masalah. Ia sangat sedih kala itu. Mungkin ini cinta pertamanya. Begitu saya coba menebak. Padahal, katanya, saya suka dan dia–gadis tersebut–pandai berbahasa Inggeris. Cerita sambil matanya kiri dan kanan milirik calon penumpang di jalan yang dilalui.

Cerita lain tentang pengalamannya setiap pulang kampung. Berbeda gembiranya, karena ada kemenakannya yang sedang lucu-lucunya. Mungkin kala itu berumur 6 sampai 9 bulan yang asyik-asyik nya diajak main. Terbayang oleh saya tentu ia tidak kemana-mana bila pulang kampung. Kecuali bermain dengan kemenakannya itu.

Begitulah hubungan Mamak dan kemenakan di Minangkabau. Kemenakan tidak ubahnya bagai anak sendiri bagi Mamak yang tahu diri sebagai lelaki Minang. Lelaki Minang yang hidup bersama dalam kampung yang komunal berbeda dengan lelaki Barat yang individual.

Saya yakin Masra juga sangat diidolakan oleh keluarga termasuk kemenakannya, seperti saya mengidolakan Mak Adang dan saya novelkan berjudul Mak Adang dari Nagari Keramat itu.

Tahu bahwa saya menulis novel melalui Facebook, Masra pun mengontak saya sekitar setahun lalu. Ia ingin dibuatkan biografi juga buku hasil penelitian. Dia percaya, katanya karena saya busa menulis karya ilmiah seperti paper dan penelitian, juga sastra seperti buku dan novel.

Kami pun banyak berbagi ide karena ia pun sedang S3. Namun kemudian ia bermaksud biografi tersebut lebih baik ditulis seusai lulus S3. Demikian katanya.

Dari Facebook lagi saya mengetahui ternyata bukan Masra yang diwisuda melainkan istrinya. Wah ini keluarga berhasil, dan Masra tentu juga menunggu gelar Doktornya. Begitu kata saya dalam hati.

Beberapa kali ia ke Jakarta dan saya ke Padang kami tidak sempat bertemu. Waktu yang srmpit toh kesempatan masih panjang. Walau ia sempat menawarkan mampir dan menginap di rumahnya. Sayang tak pernah terkabul.

Allah penguasa semua ruh. Dan Masra teman baik, pejuang yang terpelajar itu mendahului kita.

Beri maaf kami bila ada salah dsn khilaf. Mungkin juga beri maaf teman sebaya dulu di kampung saat bola mengenai kepala mu yabg kala itu duduk menonton di tepi tembok rumah gadang. Waktu itu aku melihat karena menonton pada sisi halaman yang lain.

Dasar anak anak, bukan minta maaf tapi malah mengalelek (cemeeh) dengan panggilan yang tak kau suka. Di banyak kampung kalelek itu memang ciri cirinya.

Sekali maaf dan selamat jalan kawan. Ilmu dan amal semoga memudahkan mu dalam pangkuan kasih sayang Allah Swt. di surga. Aamiin.


One thought on “In Memorium: Drg. MASRA ROESNOER M.Kes.

  1. Rusyda Ulfa says:

    Dua hal ceritanya yang saya ingat, pertama tentang seorang gadis yang dia dekat lalu kemudian renggang karena ada masalah. Ia sangat sedih kala itu. Mungkin ini cinta pertamanya. Begitu saya coba menebak. Padahal, katanya, saya suka dan dia–gadis tersebut–pandai berbahasa Inggeris.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *