Sebuah Kisah Perjuangan dan Dedikasi
Kabar itu bergulir tadi pagi. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Facebook resmi Partai Gerindra mengabarkan Desmon Mahesa wafat. Media dengan cepat juga menyiarkan kabar duka itu. Desmon adalah sosok pejuang dari keluarga sederhana yang tangguh. Berikut kisahnya. ***
Mak-Adang.com, JAKARTA.
Lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 12 Desember 1965. Desmon Junaidi Mahesa, yang akrab dipanggil Junaidi, adalah seorang tokoh yang memiliki latar belakang yang inspiratif dan kisah hidup yang penuh perjuangan.
Junaidi tumbuh di lingkungan yang sederhana di Sungai Tabuk dan Pasar Batuah. Keluarganya dikenal sebagai orang-orang bersahaja, dengan ayahnya, Muchtar (alias Tarlan) bin Sirin, bekerja sebagai petani dan buruh kasar, serta ibunya, Sa’diah binti Ubak, berprofesi sebagai pedagang telur di pasar Batuah, Kota Banjarmasin.
Sejak kecil, Junaidi telah belajar arti kerja keras dan keuletan. Meskipun harus bekerja keras untuk biaya hidup dan pendidikannya, dia tak pernah menyerah. Bahkan, ia mendapatkan dukungan dari seorang keluarga jauh yang membiayai sekolahnya. Selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, semangat juangnya semakin tumbuh. Dia melakukan berbagai pekerjaan kasar, mulai dari menjadi kuli bangunan dan cleaning service di kantor, hingga menarik becak pada malam hari di sekitar Pasa Batuah dan Belauran.
Di lingkungan kampus, seperti ditulis wikipedia, Junaidi aktif dalam organisasi mahasiswa. Dia terlibat dalam Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Unlam, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kelompok Studi Islam (KSI), Angkatan Muda Baitul Hikmah dan Lingkungan (KSHL). Dia juga menulis artikel untuk Koran Banjarmasin Post dan Dinamika Berita. Namun, perjalanan hidup Junaidi mengalami perubahan saat ia dipercaya untuk bergabung dalam Program Lingkungan Hidup GTZ (kerjasama Indonesia-Jerman) di Kalimantan Timur pada tahun 1989 hingga 2004.
Setelah pindah ke Pulau Jawa, Junaidi melanjutkan perjalanan kariernya di bidang hukum. Dia bekerja di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Nusantara, terlebih sebagai Direktur di kantor LBH tersebut di Bandung (1996) dan Jakarta (1998). Di sana, Junaidi menunjukkan dedikasi dan komitmennya terhadap keadilan.
Namun, ada sebuah peristiwa yang mengubah namanya menjadi Desmond Junaidi Mahesa. Ketika menghadiri sidang di pengadilan, ia mengalami masalah karena namanya tidak sesuai dengan surat kuasa yang diajukan. Dalam upaya mengatasi kesalahpahaman ini, Junaidi mengusulkan perubahan nama di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjadi Desmond Junaidi Mahesa, dan ia tetap menggunakan nama tersebut hingga saat ini. Pada tahun yang sama, ia juga tercatat sebagai Ketua Yayasan LBH Banjarmasin.
Karier hukumnya terus berkembang, dan pada tahun 1998, Desmond membuka kantor hukumnya sendiri di Jakarta dengan nama “Des & Des Law Firm.” Pada tahun 2000, namanya berubah menjadi “TREAD’S & Associate.” Dia terlibat dalam berbagai kasus penting, seperti kasus Planet Bali, Kartini di Uni Emirat Arab, Bank CIC, dan kasus Bank Kesawan. Klien-klien terkenal termasuk Tomy Winata, salah satu pemilik Group Artha Graha. Desmond mendampingi Tomy Winata dalam rapat dengar pendapat umum Komisi I DPR pada 27 Maret 2003. Selama masa itu, ia juga menyelesaikan gelar S2 di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Islam, Jakarta, pada tahun 2004, dengan penelitian mengenai reklamasi dan perlindungan lingkungan hidup.
Namun, pada tanggal 24 Juni 2023, negara Indonesia kehilangan salah satu tokoh pentingnya. Desmon Junaidi Mahesa, seorang pemimpin yang tegas dan visioner, meninggalkan kita dengan tiba-tiba. Wafatnya Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini menimbulkan duka yang mendalam di kalangan seluruh rakyat Indonesia.
Desmon Junaidi Mahesa dikenal sebagai sosok yang berdedikasi tinggi dan berbakat, yang telah mendedikasikan hidupnya untuk meningkatkan kehidupan rakyat Indonesia. Peran pentingnya sebagai wakil ketua Komisi III DPR RI telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memastikan keadilan dan keamanan bagi masyarakat. Melalui kerja keras dan tekad yang kuat, Desmon berjuang untuk membangun sistem hukum yang lebih baik, memerangi korupsi, dan melindungi hak asasi manusia.
Kabar wafatnya Desmon Junaidi Mahesa menyebabkan kehilangan besar bagi dunia politik Indonesia. Banyak rekan sejawat, tokoh politik, dan rakyat biasa yang merasa terpukul oleh kepergiannya yang mendadak. Mereka menggambarkan Desmon sebagai sosok yang bersahaja, mudah didekati, dan selalu siap mendengarkan aspirasi rakyat.
“Dia adalah seorang pemimpin yang berdedikasi penuh, dengan semangat tinggi untuk melayani masyarakat. Kepergiannya adalah kehilangan besar bagi kita semua,” ujar Bambang Wijayanto, anggota Komisi III DPR RI.
Selain menjadi tokoh politik yang hebat, Desmon Junaidi Mahesa juga dikenal sebagai seorang keluarga yang penyayang dan inspiratif. Dia menjalin hubungan yang kuat dengan istri dan anak-anaknya, dan mereka akan selalu mengingatnya sebagai sosok yang penuh cinta, bijaksana, dan berintegritas.
Pemerintah dan anggota DPR RI mengungkapkan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan. Meskipun kepergiannya meninggalkan kekosongan yang besar, warisan perjuangannya akan terus menginspirasi para pemimpin masa depan untuk melanjutkan perjuangan melawan ketidakadilan dan korupsi (andi mulya).