Mak-Adang.com menurunkan artikel ringkas tentang arsip. Ini didedikasikan untuk sanak karib saya Dr. Masrul S.Pd., M.Pd., yang baru dilantik sebagai Kasubdit Penyelenggara Kearsipan. Alumni Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang (FIK-UNP) ini dilantik Bupati Kabupaten Solok pada 22 Februari 2023.
Senin (27/2) saya sempat berdiskusi dengan tugas barunya. Baik saya maupun Pak Doktor—begitu saya memanggilnya—sepakat bahwa arsip adalah soal atau kajian menarik. Buktinya, saya sudah punya kajian tentang arsip ini. Berikut potongannya. Selamat membaca.
***
Dari Foto Pribadi sampai Novel.
Oleh Andi Mulya
Saat ini perhatian terhadap arsip semakin minim karena tidak banyak lagi yang mampu mengisahkan peristiwa dalam arsip tersebut. Hal itu disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, atau saksi kunci terkait sudah banyak yang merantau atau wafat.
Sementara di Negara maju, arsip pribadi, terutama orang terkenal, menjadi prerhatian Negara sebagaimana dibawah ini.
“America’s largest archives is the National Archives in Washington, DC. What makes America’s National Archives different from what you might call your personal memory box? The materials held by the National Archives and Records Administration (NARA) number in the billions! NARA’s holdings are created either by or for the federal government. The material comes from the executive, legislative, and judicial branches. Although your records are personal, those held by the National Archives are official. “
Jadi, seperti dipaparkan di atas, AS melalui National Archives and Records Administration (NARA) memiliki miliaran arsip. Mereka mendokumentasikan tidak hanya orang surat dan foto orang-orang penting dari pemerintah, anggota Dewan maupun politisi atau ilmuwan. Melainkan juga dari srsip pribadi. Oleh sebab itulah pemilikan dan penyimpanan arsip terjadi secar bertingkat mulai dari arsip arsip nasional Negara bagian seperti provinsi di kita, arsip lokal, setingkat kota/kabupaten. Bahkan seperti arsip bisnis dan arsip pribadi atau masyarakat juga terkoleksi dengan baik. Ditambah arsip yang berisi catatan pribadi orang dan organisasi.
Melalui arsip itu pula meluncur berbagai produk intelektual seperti buku sejarah dan film yang dikonsumsi bukan hanya masyarakat AS. melainkan juga dunia internasional.
Potter mencatat sebagai berikut:
Ada arsip yang berisi surat-surat pribadi para pemimpin terkenal (misalnya, Martin Luther King, Jr), penulis (misalnya, Maya Angelou dan Ernest Hemingway), ilmuwan (misalnya, Albert Einstein dan Marie Curie), artis, pemimpin agama dan bisnis, aktivis sosial, dan banyak lagi! Arsip – dan para pengarsip profesional yang bekerja di dalamnya – memastikan bahwa semua catatan penting akan tersedia untuk penelitian oleh generasi yang akan datang.
Sekilas Penyimpanan
Boleh dikatakan kegiatan penyimpanan arsip keluarga Mak Adang masih minim dari standard penyimpanan arsip yang kemudian peneliti ketahui. Arsip foto keluarga kala itu masih disimpan secara tradisional yakni di dalam album sederhana. Disebut album sederhana karena setiap mencetak foto dalam jumlah banyak akan diberi album berukuran foto tersebut (lihat foto). Bahannya dari plastik biasa, dan diberi kulit kertas lebih kurang bergramasi 220-260 gr. serta bergambar. Banyak terjadi distempel dengan merek toko/studio serta alamatnya.
Setidaknya ada tiga hal penyimpanan arsip foto keluarga yang ideal dilakukan. 1. Penyimpanan agar aman dari kepunahan alami, seperti kelembaban, virus, rayap dan lain-lain.
- penyimpanan agar aman dari kebakaran, apalagi di daerah berhawa panas seperti Duri, Riau, yang dikenal sebagai daerah penghasil minyak bumi.
- Penyimpanan agar aman dalam penataan yaknu mudah diakses, serta tersedia ruang tambahan (perluasan) bila arsip semakin banyak.
Dari tiga prasyarat penyimpanan tersebut dapat dinarikan arsip foto perjalanan menempuh pendidikan dan hari kesehatan nasional oleh keluarga Mak Adang ada tiga hal.
- Sejak awal penulis mengetahui, arsip foto tersebut yakni di rumah sewa disebut rumah petak jalan Obor, kini menjadi Pasar Dewi Sartika, Duri. Keadaan foto masih utuh, termasuk albumnya yang mulai terlihat usang. Sebagian ada yang sudah keluar dari album sehingga tercecer bila tidak hati-hati membukanya.
- Untuk meningkatkan keamanannya, arsip foto tersebut disimpan dalam album baru, berukuran A5 atau sebesar buku tulis. Di sini album daat memuat dua foto dalam satu halamannya. Walau dalam album yang baik, dan sebagian masih di album lama/biasa, foto seperti terabaikan disebabkan pindah rumah dari Pasar Dewi Sartika ke Jalan Obor III.
- Di Jalan Obor III, walau sudah di rumah sendiri yang dibangun paa tahun 1980, belum memiliki penyimpanan arsip yang khusus. Foto sejarah pendidikan dan hari kesehatan nasional ini tertumpuk, khususnya dalam tas kulit papa. Penulis hanya sesekali melihat bila papa mencari atau mengbongkar tas atau dokumennya.
- Sekitar tahun 1990, penulis membuat rak perpustakaan di ruang makan yang kini menjadi kamar. Dengan spidol warna biru, penulis mencantumkan tulisan “Library” pada bibir triplek rak buku tersebut. Hal itu terinspirasi pelajaran bahasa Inggris bahwa perpustakaan dalam bahasa Inggris tersebut adalah Llibrary.
Perpustakaan mini itu dibuat terkait dengan Papa yang memboyong buku-bukunya dari Nagari Keramat Rao-Rao, Batusangkar, karena tak terpelihara di kampung. Rumah gadang kaum dimana papa sebagai Penghulu atau Datuk kepala kaum, sudah ditinggal karena seluruhnya anak kemenakan sudah merantau.
Saat membaca buku-buku lama yang dimiliki tersebut, penulis ingat papa mengucapkan : ” sekolah lai tinggi, buku banyak, cuma kaya (uang/materi) yang tidak.” Refleksi dari ucapan itu yang penulis muat dalam Novel 1 dan 2 berjudul Mak Adang dari Nagari Keramat dan Mak Adang dan Tragedi Bunga Setangkai. Dalam web Mak-Adang.com ini tersedia untuk dibaca gratis namun dalam proses penyempurnaan.
Diolah dari Artikel : DARI ARSIP FOTO MENJADI JURNAL oleh Andi Mulya, Penulis dan Peneliti Terbaik LIPI/Brin bidang Sosial Budaya pada LPPM (2001) dan Pemenang Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud RI (2017 dan 2008).