Mak-Adang.com, JAKARTA
Tanda-tanda krisis ekonomi akhirnya juga menghampiri industri digital. Linkedln si perekrut tenaga kerja dengan 900 juta akun akhirnya tak kuat mempertahankan pekerjanya. Tak beda dengan ‘induknya’ Microsoft Corp, LinkedIn melakukan tiga hal ini untuk mengurangi beban operasional karena pendapatannya memburuk.
Pertama, LinkedIn akan memberhentikan 716 karyawan. CEO LinkedIn, Ryan Roslansky, mengatakan akan memberhentikan karyawan di divisi penjualan, operasi, dan divisi penunjang. Ia mengatakan tidak punya pilihan lain, di tengah pendapatan LinkedIn yang terus menurun. PHK dia yakini mampu menyelamatkan perusahaan, sebagaimana sejak tahun lalu, pendapatannya meningkat setiap kuartal usai pengurangan karyawan, seperti ditulis Bisnis.com.
Kedua, LinkedIn menjanjikan akan membuka peluang kerja lebih sepertiga dari karyawan yang di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) itu. Masih menurut Ryan Roslansky, ia akan merekrut 250 karyawa,n baru, dan terbuka untuk melamar kembali bagi karyawan yang di-PHK itu.
Ketiga, selain memangkat 716 karyawannya, LinkedIn terhitung tiga bulan ke depan, tepatnya 9 Agustus 2023 nanti, akan menutup InCareer di China.
Keempat Linkedln akan bekerja sama dengan pihak ketiga yang ia sebut vendor atau tim eksternal baru. Sejarah LinkedIn dibeli Microsoft sejak 2016 dengan nilai US$26 miliar.
Kondisi krisis tidaknya hanya dialami LinkedIn yang memiliki 20.000 karyawan. Dalam enam bulan terakhir telah ada PHK melebihi 270.000 karyawan di perusahaan teknologi digital dunia, Amazon.com Inc. terbanyak dalam sejarahnya.
Bisnis.com mencatat pemilik Facebook, Meta Platforms Inc., mem-PHK 21.000 karyawan. Sementara perusahaan induknya, Google Alphabet Inc., juga memberhentikan 12.000 karyawan. Microsoft tak beda. Ia mem-PHK sekitar 10.000 karyawan dalam beberapa bulan terakhir, dan harus merogoh kocek US$1,2 miliar untuk pesangon.
Linkedln kini disebut tak lagi konsisten. Sebagai penjualan jasa professional bagi pencari dan perekrut tenaga kerja, akhirnya tak kuat menggaji tenaga kerjanya. Di satu sisi ini adalah bukti tanda-tanda krisis ekonomi global. Lebih dari itu juga menunjukkan perusahaan penguasa teknologi digital bisa merosot dalam tempo tidak lama. Era digital secara filosofis memang perubahan berjalan serba cepat.
Roslansky memberi harapan baru bahwa upaya memperluas penggunaan vendor akan meningkatkan laba perusahaan. Akan tetapi ia mengakui keadaan yang berat, atau menantang dialami saat ini.
“Untuk melayani permintaan pelanggan fluktuatif, ditengah pasar tumbuh dan berkembang secara lebih efektif, ” katanya kepada Reuters, Selasa (9/5) dikutip CNN Indonesia. (rma1).