Mak-Adang.com, Pada tahun 1975, GOR Haji Agus Salim menjadi pusat perhatian bagi warga Padang, Sumatera Barat, dan sekitarnya. Gedung Olahraga (GOR) ini diberi nama tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap seorang tokoh nasional Indonesia yang bernama Haji Agus Salim. GOR Haji Agus Salim terletak di pusat kota Padang, dan menjadi tempat berbagai kegiatan olahraga dan kebudayaan.
Pada tahun tersebut, Dasril Ahmad, yang merupakan seorang siswa kelas 2 STM Negeri Padang, memiliki kenangan yang tak terlupakan di GOR Haji Agus Salim. Suatu hari, saat kelasnya sedang mengadakan acara kebersamaan, mereka memutuskan untuk mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama.
Dalam foto tersebut, terlihat satu kelas siswa dengan latar belakang GOR Haji Agus Salim. Kebersamaan dan semangat persaudaraan terpancar dari wajah-wajah siswa yang tersenyum di foto tersebut.
Sepeda yang terlihat di belakang mereka di foto menjadi bagian penting dari kenangan tersebut. Sepeda merupakan alat transportasi yang populer pada masa itu, dan sering digunakan oleh masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari. Sepeda juga menjadi simbol kebebasan dan petualangan bagi para siswa pada saat itu.
Seiring berjalannya waktu, GOR Haji Agus Salim tetap menjadi tempat yang berarti bagi masyarakat Minang pada umumnya.
Tak Hanya Olahraga.
Delapan tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1983, GOR Haji Agus Salim menjadi tuan rumah pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) nasional. Saat itu, Gubernur Sumatera Barat dijabat oleh Azwar Anas. MTQ nasional yang diadakan di GOR tersebut dianggap sebagai salah satu yang paling sukses, bahkan dihadiri oleh Presiden Soeharto.
Pada saat itu, GOR Haji Agus Salim menjadi pusat kegiatan MTQ nasional yang memikat perhatian banyak orang. Masyarakat Padang dan sekitarnya berbondong-bondong datang untuk menyaksikan acara ini. Suasana meriah terasa di setiap sudut GOR, dengan peserta MTQ dari berbagai daerah di Indonesia yang berkompetisi secara khidmat.
Presiden Soeharto hadir sebagai tamu kehormatan dalam acara MTQ tersebut. Kehadirannya menambah semarak dan prestise acara tersebut. GOR Haji Agus Salim menjadi saksi sejarah di mana segala persiapan dan perjuangan keras panitia serta peserta MTQ terbayarkan dengan suksesnya pelaksanaan acara ini.
Setelah itu sampai tahun 1990-an di GOR ini juga digelar Pekan Raya Padang. meniru konsep Pekan Raya Jakarta (PRJ), yang kala itu menarik perhatian masyarakat Indonesia, termasuk warga Sumbar untuk berkunjung ke sana.
Pekan Raya Padang awalnya lumayan bagus. Apalagi bisa dikunjungi lebih mudah oleh seluruh penduduk Sumbar, yang penasaran dengan wah-nya PRJ. Mereka datang dari berbagai kota dan kabupaten, termasuk perantau dari Riau, Jambi, Medan dan Palembang. Namun pada akhirnya acara besar itu meredup. Spirit pekan raya untuk menggenjot usaha kecil dan menengah juga hilang kini.
Simbol Persatuan.
Tempat tersebut tidak hanya menjadi arena olahraga dan kegiatan kebudayaan, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan semangat juang para generasi muda.
Kenangan Dasril Ahmad dan kelasnya di tahun 1975 menjadi bagian dari sejarah GOR Haji Agus Salim yang tetap dikenang oleh banyak orang hingga saat ini.
Relevan dengan itu, tahun 1990 selaku mahasiswa fakultas olahraga (FIK-UNP kini), saya punya jadwal berenang di sana. Gratis karena ikut perkuliahan dimana penjaga kolam renang sudah tahu. Di luar waktu tersebut, saya juga masuk dengan gratis. Soalnya ada teman atau senior yang melatih di sana.
Di banding dulu, GOR Haji Agus Salim ada perkembangan dan perbaikan. Fasilitas-fasilitas baru dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berolahraga dan berkegiatan di sana. Namun, kenangan tahun 1975 dan momen bersepeda di GOR Haji Agus Salim tetap menjadi bagian yang istimewa dalam ingatan Dasril Ahmad dan teman-temannya, mengingatkan mereka akan masa-masa indah di masa remaja dan semangat persatuan yang terpancar dari setiap sudut GOR Haji Agus Salim.
Kini Bagaimana?
Pilihan tempat olahraga dan rekreasi di Sumbar semakin banyak dan beragam. Kolam renang yang dulu mungkin satu-satunya di samping GOR Haji Agus Salim, kini juga tumbuh di berbagai sudut kota. Fasilitasnya juga sudah modern, fun and park, sesuai dengan kebutuhan dan impian generasi sekarang.
Sejalan dengan itu orang Minang, terutama generasi- Z mungkin tidak mengenal siapa Haji Agus Salim. Mereka mungkin lebih tahu nama pembalap atau nama pemain bola asing, atau nama artis film Korea.
GOR Haji Agus Salim, seperti tag-line Dasril Ahmad hanya FOTO KENANGAN. Makna yang dalam tapi mengiris batin.
Membangun ulang atau merenovasi mungkin persoalan berat dan rumit terkait dana pemerintah. Bagi saya yang penting satu poin saya mengapa dinamakan GOR Haji Agus Salim?
Oleh sebab itu, andai saya Gubernur Sumbar, maka di sepanjang bulan Agustus nanti, bulan kemerdekaan RI, saya akan pajang beberapa foto besar Haji Agus Salim di sekeliling lokasi GOR, lengkap dengan keterangan kisah hidup beliau.
Haji Agus Salim, kata majalah Tempo, hanya ada dan lahir satu orang saja dalam satu abad.
Kata teman saya dalam artikel ringkas, manusia yang mungkin hanya akan ada dalam dongeng. Nah cari sendiri dan bacalah kisah Haji Agus Salim. Agar tak sekadar kenangan. (andi mulya/penulis novel Mak Adang dari Nagari Keramat).