logo mak-adang.com

Resensi 3 : BAGAIMANA KISAH MAK ADANG TERBANG DARI JAKARTA SAMPAI PAPUA?

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     2/10/2023    Novel Nagari Keramat,Resensi   314 Views
Resensi 3 : BAGAIMANA KISAH MAK ADANG TERBANG DARI  JAKARTA SAMPAI PAPUA?

Sastri Bakry menuliskan tepat hari ini,  8 tahun lalu.

Membaca buku “Mak Adang dari Negeri Keramat”, jujur saya ingin katakan awalnya adalah hanya ingin memenuhi janji dan menghargai penulisnya, Andi Mulya. Dan janji itu saya tunaikan ketika saya dalam perjalanan Cengkareng-Denpasar-Timika-Jayapura (tambah malamnya di hotel menjadi tuntas).

Namun setelah saya membaca buku itu, saya merenung dan sadar, ini tidak hanya sekedar memenuhi janji membaca, banyak nilai-nilai luhur kemanusiaan yang terungkap dalam buku itu. Di saat bangsa ini telah mulai kehilangan nilai-nilai kebenaran. Yang hanya peduli dengan hal-hal formalistik (membangun citra) daripada hal-hal esensialistik (kejujuran, kebenaran, dan keberanian), novel “Mak Adang” telah mengajarkan dan menyadarkan saya.

Saya melihat Andi dengan cerdik mengajarkan kita tentang perubahan (merubah diri) lewat LOMBA MELUDAH, AL, sahabat tokoh si Aku dengan berani, rela membela teman yang dia tahu kebenaran peristiwa yang terjadi sesungguhnya.

Ia siapkan dirinya untuk dihina secara fisik maupun mental oleh gurunya yang keras dan disiplin. Ia sadar dan ikhlas semata ia lakukan demi sahabat dan kecintaan pada Allah. Akhirnya, Lidi yang kalah milik sang guru (merasa guru?) hanya tinggal pajangan di atas kotak kayu penyimpan padi masjid setelah menyadari tersebab sang penghasut dan pengadu domba. Tiga bab yang saya suka dari novel ini adalah “Lidi Palacuik Mangaji,”  “Akhir Keberanian Al”, dan “Lidi yang Kalah”.

Merindukan Al.

Saya sangat merindukan tokoh Al dan berharap bisa dieksplorasi Andi lebih lanjut, jika akan dicetak ulang ketiga. Bagi saya, bukan Mak Adang yang sepatutnya jadi tokoh utama tapi Al dan si Aku yang layak dijadikan idola dari Nagari Keramat itu. Novel yang sarat kearifan lokal Minang ini menurut saya cukup bagus, sangat inspiratif, (terlepas dari beberapa hal yang agak sedikit mengganggu).

Tentu saja kita berharap akan mampu merubah perilaku pembacanya jika masih punya hati nurani. Saya kutip kalimat-kalimat bijak yang ada dalam buku Andi untuk jadi perenungan kita bersama.

“MENGAJAR DENGAN SINDIRAN, MENGKIAS DENGAN PEPATAH. KILAT CERMIN SUDAH KE MUKA, KILAT BELIUNG SUDAH KE KAKI, KILAT KATA MASUK KE HATI.”

Selamat membaca novel Andi Mulya. Sukses buat Andi.

 

Jayapura, 1 Oktober 2015.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *