Masih ‘Terbit’ Walau sang Maestro Sudah Tiada,
Ampera Salim, mantan wartawan Harian Sore, Terbit, di Sumbar kini menjadi kepala Kominfo Kota Padang Panjang. Baginya kini, media cetak menjadi bagian dari masa lalunya yang tak terlupakan. Hanya kenangan.
Mak-Adang.com mengisahkannya berikut ini. ***
Mak-Adang.com, JAKARTA.
Bagi Ampera Salim, dunia media cetak menjadi bagian tak terlupakan dari masa lalunya. Sekarang, ia hanya bisa merenungkan kenangan indah yang pernah ia jalani.
Kisah menarik ini dikisahkan kepada Mak-Adang.com, satu portal berita nasional untik mengabadikan perjalanan hidup Ampera Salim.
“Harian Itu Masih Terbit,” demikian seolah-olah pikiran yang menggambarkan perjalanan Ampera Salim dalam dunia pers.
Cerita dimulai pada hari kemarin petang (11/7), ketika Ampera membeli satu eksemplar Harian Terbit di Stasiun Busway, Pasar Senen. Ia memperoleh koran tersebut dari seorang penjual tua dengan harga Rp. 3.000. Meskipun tak berniat membaca beritanya, Ampera hanya ingin mengenang hubungannya dengan surat kabar yang dulu menjadi bagian hidupnya.
Kenangan itu membawa Datuk Patimarajo, demikian gelar adat yang disandangnya, kembali ke tahun 1996. Meskipun tanggalnya tak terlalu teringat dengan jelas, Ampera memori mengingat pertemuannya dengan Pak M. Nuh Nasution, Sekretaris Redaksi Harian Terbit. Pertemuan bersejarah itu terjadi di Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Jalan Kebon Sirih, Jakarta.
Pak Nuh, begitu ia disapa, penasaran ingin tahu di mana Ampera bekerja sebagai penulis. Ampera menjawab bahwa ia menulis untuk Mingguan, Limbago, di Padang.
Tak berhenti di situ, Pak Nuh kemudian menawarkan Ampera untuk menjadi koresponden Harian Terbit di wilayah Sumatera Barat.
BACA : https://mak-adang.com/1577/ini-alasan-sampoerna-foundation-puji-mahasiswa-asal-padang-panjang/
Sejak saat itu, Ampera resmi terdaftar sebagai wartawan Terbit di PWI Sumbar. Kartu Persnya ditandatangani oleh Pemimpin Redaksi Harian Terbit, Tarman Azzam. Ampera menjalankan tugasnya sebagai reporter untuk media tersebut selama 25 tahun, mulai dari tahun 1996 sampai 2021.
Dalam perjalanannya, Pak Nuh pun pernah mengunjungi kota Padang, dan Ampera berkesempatan bertemu dengannya di halaman kantor gubernur sebelum ia berangkat ke Bandara Tabing. Sementara itu, Pak Tarman juga sering datang ke Padang saat menjabat sebagai Ketua Umum PWI Pusat tahun 1998- 2008.
Namun, takdir berkata lain. Kini, baik Pak Tarman maupun Pak Nuh telah meninggalkan dunia ini. Meskipun demikian, Harian Terbit yang mereka pimpin tetap bertahan. Media cetak ini terus berjuang di tengah persaingan dengan media digital yang semakin berkembang. Banyak media cetak lainnya yang telah gulung tikar, tetapi Harian Terbit masih tetap eksis.
Ampera tidak bisa menutup mata terhadap gejala masa kejayaan media cetak yang semakin memudar. Ia berharap dengan tulus agar Harian Terbit dapat bertahan hingga saat terakhir manusia masih membaca koran. Dalam benaknya, ia ingin memberikan penghormatan kepada media cetak yang telah menjadi bagian penting dari hidupnya.
Meski sekarang Ampera telah memasuki babak baru dalam kariernya sebagai Kepala Kominfo Kota Padang Panjang, ia takkan pernah melupakan masa lalunya sebagai wartawan. Ampera Salim, nama yang akan selalu dikenang dalam dunia jurnalistik Sumbar (andi mulya).