logo mak-adang.com

Bernagari dan Bernegara (4): BEGINI TUJUAN BERNEGARA MENURUT ADAT MINANGKABAU.

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     20/11/2023    Kaba Ari ko,Kearifan Lokal   283 Views
Bernagari dan Bernegara (4): BEGINI TUJUAN BERNEGARA MENURUT ADAT MINANGKABAU.

Oleh: M. Fuad Nasar.

Mak-adang.com menurunkan tujuh tulisan yang penting diketahui Orang Minangkabau yang disebut Anies Baswedan sebagai Kampungnya Para Pendiri Bangsa. Setiap Senin pukul 07.00 bagaimana sejarah bernegara ini kami terbitkan untuk dunsanak. Selamat membaca.***

Mak-adang.com, PADANG.

Prof. Mr. M. Nasroen dalam buku Dasar Falsafah Adat Minangkabau (Bulan Bintang, Jakarta, 1971) menggambarkan semarak dan syarat-syarat kejayaan sebuah nagari sebagai berikut, “Bamusajik, babalai, basawah, baladang, batapian tampek mandi, balabuah nan pasa, bagalanggang. (mempunyai masjid, balairung, sawah/pertanian, ladang/perkebunan, tepian tempat mandi/sanitasi, gelanggang tempat berkumpul dan  melakukan kegiatan olahraga).

Tujuan seseorang dan masyarakat menurut adat Minangkabau, seperti dikemukakan oleh Prof. Mr. M. Nasroen, mantan Gubernur Sumatera Tengah dan Menteri Kehakiman, ialah kebahagiaan yang akan dicapai berdasarkan prinsip: dari bersama, oleh bersama dan untuk bersama, dan dalam hal ini tidak ada orang yang tidak bisa dipakai dan tidak ada bahan yang tidak ada gunanya, asal sesuatu diletakkan pada tempatnya menurut keadaan dan waktu.

Sumber perekonomian untuk memakmurkan kehidupan seluruh anak nagari tergambar dalam ungkapan, Sawah ladang, labuah nan pasa, padi manjadi, jagung maupih (sawah ladang, jalan yang ramai, padi di sawah sudah panen, jagung menghasilkan). Setiap nagari dipersyaratkan, basuku (mempunyai suku), bakorong bakampuang (mempunyai perkampungan), bapasa (mempunyai pasar) dan bapandan pekuburan (tempat pemakaman orang yang meninggal).

Pepatah adat Minangkabau menyatakan, “Elok nagari dek nan tuo, elok tapian dek nan mudo, elok musajik dek tuanku, elok rumah dek bundo kanduang. (bagus nagari karena ada orangtua, bagus tepian karena anak muda, bagus masjid karena alim ulama, bagus rumah karena bundo kandung). Kearifan lokal orang Minang sungguh luar biasa. Sistem sosial dan budaya daerah ini tidak mengenal pertentangan antargenerasi, tidak ada diskriminasi gender, tidak ada persaingan fungsi dalam masyarakat, apalagi pertentangan atau persaingan antara generasi tua dan generasi muda,  senior dan yunior, dan lainnya.

Norma-norma kehidupan sosial-kultural Minangkabau mengajarkan presisi sikap dan perilaku yang menggambarkan harmoni dan kekokohan hubungan antara pribadi dan masyarakat sebagai berikut, “Anak dipangku kemenakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan. Tagak badunsanak dunsanak dipatahankan. Tagak basuku suku dipatahankan. Tagak bakampuang kampuang dipatahankan. Tagak banagari nagari dipatahankan. Tagak babangso bangso dipatahankan. Sanda manyanda bak aua jo tabiang.  (anak diasuh, keponakan dibimbing, orang sekampung diperhatikan. Berdiri membela dunsanak, membela suku, membela kampung, membela nagari, membela bangsa, saling melindungi bagai bambu dengan tebing).

Penjajahan dan kolonialisme asing di Tanah Air tidak menghilangkan sistem dan wibawa pemerintahan nagari di masa lampau. Setiap nagari justru menjalankan pemerintahan secara berdaulat dan mandiri. Sejarah membuktikan betapa nagari-nagari di Minangkabau tidak pernah dijajah secara langsung oleh Belanda dan Jepang. Penjajahan Hindia Belanda selama 350 tahun dan pendudukan Balatentara Jepang hanya menguasai wilayah perkotaan saja. ***

Bernagari dan Bernegara (5): INI POTRET KEMANDIRIAN NAGARI KALA RAJA PAGARUYUNG BERKUASA.

Bernagari dan Bernegara (6): BEGINI NAGARI MENOPANG KEHIDUPAN MASA LALU.

Bernagari dan Bernegara (7): AKHIRNYA BANAGARI, TAPI BEGINI KONDISI KAMPUNG HALAMAN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *