Oleh: Ampera Salim SH. M. Si.
Mak-adang menurunkan setiap Ahad pagi pukul 07.00 tulisan bersambung tentang Surau Tuo, sebagai potret pendidikan masa lalu. Surau diyakin pendidikan terbaik dan paling modern yang mengagetkan penjajah Belanda masa itu. Di Surau pula perlawanan dan perjuangan kemerdekaan dimulai, baik fisik, mental, dan intelektual. Selamat membaca.***
Mak-adang.com, PADANG PANJANG
Sikap mandiri senantiasa menjadi pakaian Pondok Darul Ulum, Padang Magek, Tanah Datar. Ungku Jakfar menyelesaikan berbagai kebutuhan pondok secara bergotong-royong (Goro). Hal itu dilakukan bersama pengurus dan guru-guru.
Kadang kala Goro dilakukan di hari panas terik. Saat itu banyak peserta Goro memakai penutup kepala dengan topi pet dan topi boni. Ada juga dari kain sarung.
Orang-orang di Rumah Sakit (5): TEK BAYA SI TUKANG LOUNDRY TERCANTIK DI DUNIA
Ungku Jakfar ditawari untuk memakai topi oleh seorang pengurus, yang ikut Goro. Tapi Ungku Jakfar menolak. Beliau lebih suka pakai kain saja seperti destar, yang dibelitkan di kepala.
Beliau mengatakan, kita mesti membiasakan pakai destar, karena nanti bila sudah meninggal, kita akan dipakaikan juga penutup kepala, berupa destar, terbuat dari kain kafan.
Sering beliau sudah mandi, melilitkan kain basahan putih, seperti destar, di kepalanya. Kain basahan itu sudah lama dipakai. Tidak baru. Tapi pasti bersih karena dicuci setiap kali mandi.
Catatan Harianku (692): SATU MALAM, TULIS DAN BICARA.
Di Pincuran
Ketika mandi di pincuran. Ungku Jakfar membersihkan sekelilingnya terĺebih dahulu. Setelah mandi, beliau juga membersihkannya kembali. Sehingga, jika ada yang mandi di pincuran itu setelah beliau, akan merasa lebih nyaman.
Sering Ungku Jakfar memberi nasihat, agar muridnya tidak sungkan membersihkan WC umum. Sebab perbuatan itu pahalanya besar. Itu juga salah satu upaya melatih melembutkan hati.
Review (12) DILANTIK, LALU APA YANG MENJADI KONTROVERSI REKTOR UNIVERSITAS ANDALAS?
Karena itu pula bila berkunjung ke Darul Ulum, suatu ketika bisa saja melihat, Ungku Jakfar sedang membersihkan tempat mandi atau WC umum sendirian.
Begitu juga di kala guru-guru, bergotong-royong membuat sesuatu di Pesantren Darul Ulum, akan terlihat Ungku Jakfar ada di situ seperti orang biasa. Padahal beliau Guru Besar Pondok Pesantren Darul Ulum ini.***
Penulis: Kadinas Kominfo Kota Padang Panjang.
Jika pembaca tertarik berdonasi agar tetap bertahan pendidikan ala Surau di masa dulu di Minangkabau, dapat menyalurkan ke:
Bank Nagari Syariah
Rekening: 72020201001560
A/n. PONDOK PESANTREN DARUL ULUM Padang Magek.
Kabar dari Turki (7): Souvenir Dubes Turki.
One thought on “Kisah Surau Tuo (12): ADA PELAJARAN DARI DESTAR DAN KAIN BASAHAN. BENARKAH MERAWAT WC UMUM MELEMBUTKAN HATI”