Tek Baya (2): KASIH IBU SEPANJANG MALAM.
Mak-adang.com, JAKARTA.
Pada Ahad malam awal Oktober, mama dipindahkan dari ruang sementara ke kamar di lantai dua rumah sakit umum itu. Sebelumnya kamar disebut penuh. Jadi menunggu ada pasien yang keluar. Usai itu kami masuk memboyong tas pakaian, karpet dan pelengkapan lain. Sementara dipan pasien, ada mama di atasnya didorong oleh perawat.
Di sebelah kiri samping kamar mandi berdiri seorang ibu, saya sebut saya Tek Baya 2, atau selanjutnya Tek Baya saja.
Tek Baya menemani anaknya yang masih gadis, terkena TBC tulang. Anaknya masih gadis, berhidung mancung, lebih putih wajahnya. Berbeda dengan Tek Baya, yang mirip mirip keturunan India di Medan. Tek Baya lebih kelat. Ia berasal dari Pariaman. Kampung Dalam kalau tak salah.
Tek Baya sangat ramah. Ia pinjamkan sajadah sholat waktu saya keluar kamar mandi usai berwhudu.’ Ia juga bercerita sudah sepekan di rumah sakit.
Bicara dengan Tek Baya bisa dalam dwi bahasa. Bahasa Minangkabau, dan bahasa Indonesia logat Melayu campur Minang.
“Bagaimana ko ha, tak ada bagai do,” begitu contohnya.
Sepanjang Malam.
dari features yang disajikan, ceritanya belum lengkap entah itu karena terpotong oleh sistem atau bagaimana, tapi dari cerita tersebut saya belum bisa untuk menyimpulkan apa apa selain hanya latar waktu tempat dan beberapa tokoh yang disebutkan pada features tersebut