logo mak-adang.com

Resensi (5): INVESTASI INTEGRITAS

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     14/12/2023    Resensi   104 Views
Resensi (5): INVESTASI INTEGRITAS

 

Mak-adang.com menerbitlan resensi kedua tentang sejarah. Sama seperti pekan lalu buku ini ditulis seorang perwira TNI. Selamat Menikmati.

***

Judul buku : Plain Living, High Thinking: Refleksi untuk Masa Depan Bangsa

Penulis : Kusuma Espe

Penerbit : Indie Publshing, 2023

Tebal : 100 hlm, x

Buku ini merupakan kumpulan artikel atau esai dari Kusuma, yang pada waktu itu merupakan seorang perwira pertama kesatuan AD, berpangkat Kapten. Sebagai seorang perwira dari wamil, Kusuma adalah lulusan dari jurusan Sejarah, UGM. Kegemarannya dalam menulis, dan membaca tentu saja, telah diasah semenjak mahasiswa. Daya jelajahnya relatif tinggi, sehingga tak sekadar tugas kuliah saja yang ia sentuh. Ia mengekstensifkan tugas menulis menjadi catatan maupun refleksinya, yang disebar ke beberapa surat kabar, majalah, dan juga dibawa seterusnya di sela tugas kemiliterannya.

Sebagian dari esai yang terdapat dalam buku ini pada mulanya sebagai khotbah jumat di masjid yang kemudian dia kembangkan menjadi tulisan panjang. Karena yang menulis adalah sarjana sejarah, dengan lincahnya ia menambahkan menjadi khotbah yang menarik secara kelimuan, berkat ilustrasi kesejarahan, baik lewat kisah Rasulullah maupun tokoh islam lainnya. Karena memang ide dasarnya berupa khotbah, paduan antara ajakan persuasif dan refleksi kritis lebih mengemuka. Karena itulah Kusuma menjauhkan dari penyebutan data dan personal-personal koruptif, misalnya. Namun di dalamnya selalu mengingatkan bahwa ada nilai yang lebih tinggi daripada mengakumulasi uang dan kekuasaan dengan cara yang curang.

Yang lebih menarik secara lokus dan konteks, sebagian dari tulisan berupa khotbah ini diceramahkan di Kota Ambon, Maluku. Situasinya pun tidak biasa melainkan tersampaikan saat Ambon dan sebagian Maluku berada dalam perang saudara yang membara pada tahun 1999-2003 lalu. Sebuah konflik SARA yang mengguncangkan bangsa Indonesia pada masa pasca-Reformasi. Sebagai perwira bintal (pembinaan mental) di Kodam Pattimura, Kusuma yang berada di kawasan garis depan konflik, turut memberi semangat kepada para prajurit di satu sisi, dan mendamaikan antarkelompok yang bertikai di sisi lain.

Ia mengutip pernyataan (almarhum) Profesor Umar Kayam, guru besar Fakultas Ilmu Budaya UGM, mengungkapkan pepatah menarik, high thingking, plain living, berpikir tinggi, hidup bersahaja. Ada keyakinan pada diri penulis, bahwa “kesederhanaan” akan membuat kemuliaan. Bukankah terpapar bahwa tindakan elite, pun rakyat, bisa berpotensi “zalim”, walau dalam ukuran dan takaran yang berbeda, bila semua tindakan yang dilakukan terlalu berpamrih yang tidak ikhlas, hingga tak mengindahkan aturan dan etiket yang sudah dibuat atau berlaku dalam Undang-Undang maupun konvensi hukum kita?

“Hidup manusia ini singkat, namun dunia yang kita huni ini bisa jadi masih panjang. Anak-cucu kita-lah yang nanti akan merasakan, karena mereka pula yang mewarisi segenap tindakan kita. Dengan menginvestasi segenap integritas kita sebagai manusia yang berakal-budi —jujur, adil, sederhana, amanah, sekaligus cerdas—moga kita tetap didoakan oleh anak-cucu dengan lantunan doa, agar diri kita dibantu dalam mendapatkan “alam keabadian” yang layak dan nyaman, sebagai rasa syukur mereka telah diwariskan oleh pikiran dan tindakan yang baik dan benar. Amin,” demikian ia mengantarkan kalimat dalam pembukaan penulisan (Wakhid).***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *