logo mak-adang.com

Resensi (4): KESADARAN SEJARAH DAN EKSISTENSI BANGSA NEGARA

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     7/12/2023    Resensi 1   302 Views
Resensi (4):  KESADARAN SEJARAH DAN EKSISTENSI BANGSA NEGARA

Mak-adang.com menerima dua resensi buku tentang sejarah yang ditulis seorang perwira TNI.  Diterbitkan hari ini,  dan pekan depan. Selamat Menikmati.

***

Judul buku : Menuju Indonesia  Harmonis dalam Visi Historis-Integratif.
Penulis : Kusuma Espe
Penerbit : Pusjarah TNI
Tebal : 164 hlm, viii

Di negeri yang tanpa sejarah, masa depan dikuasai oleh mereka yang menguasai ingatan, yang merumuskan konsep dan menafsirkan masa lalu,” demikian Mikhael Sturmer. Sejarah memang dapat dijadikan media pembentuk pendapat umum yang efektif, alat politik yang ampuh, dan sebagai pembenaran tingkah laku politik.
Karena itulah, setiap bangsa sangat serius memerhatikan “kesadaran sejarah”, yang padanya akar bagi identitas, jati diri, darimana asal-usul bangsa berasal, terbentuk, berkembang, dan menjadi peneguh dalam rangka menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan (ATHG ), baik yang datang dari luar maupun dari dalam, langsung maupun tidak langsung yang membahayakan integritas nasional.

Kabar Covid-19 (1): DI INDONESIA MENINGKAT, INI BEDA SIKAP PEJABAT DAN DOKTER INDONESIA DENGAN PAKAR MALAYSIA
Kuntowijoyo menyebut bahwa kesadaran sejarah berarti bangsa harus aktif sebagai subjek yang menentukan sejarahnya sendiri, tidak hanya menunggu untuk dikendalikan oleh kekuatan sejarah lain sebagai objek.
Kesadaran sejarah seperti apa yang idealnya dimiliki oleh bangsa sebesar Indonesia ini? Sesuai dengan perjanjian luhur bangsa, Pancasila adalah landasan idealnya, dan UUD 45 adalah konstitusi yang akan mengawal arah kebangsaan kita, dan merah putih adalah bendera nasional kita.
Di sini penulisan sejarah memisah menjadi tiga cabang: sejarah ideologis, sejarah pewarisan, dan sejarah akademis. Sejarah pewarisan dan ideologis bisa dijadikan satu tarikan napas, utamanya dalam pesan perjalanan bangsa Indonesia yang diperolehnya lewat perjuangan keras: ideologis dan fisik.

Letusan Merapi (6): BUKAN LAHAR DINGIN, TAPI HUJAN LEBAT. INI DAMPAK BAGI MASJID TUO NAGARI TERINDAH
Perseteruan paling keras dalam wacana historisitas ini adalah ketika TNI menghadapi ofensif ideologis PKI pada tahun 1960-an. Partai dari kelompok kiri ini, di mata (mayoritas) elite TNI, dipandang tengah menggiring negara Proklamasi kepada proklamasi kedua, yang sesuai dengan visi Komunisme. Kecurigaan yang semakin besar tatkala Bung Karno, konon lewat bisikan PKI, menyetujui pembongkaran rumah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Suatu situs penting adanya fakta proklamasi 17 Agustus 1945.
Kulminasinya atau titik balik PKI hilang ofensifnya ketika mereka melakukan pemberontakan pada 30 September 1965 dengan awal pembunuhan 7 perwira tinggi TNI AD. Dengan kata lain, PKI dilarang eksistensinya di Negara RI karena mereka telah mengkhianati kebangsaan Indonesia yang berdasar Pancasila.

Kisah Surau Tuo (13): TENTANG LAPIAK BEKAS DAN LAYANAN PONDOK

Buku kumpulan tulisan dari Kusuma Espe, seorang perwira menengah TNI ini memesankan kesadaran sejarah secara berulang. Baginya, kesadaran sejarah adalah parameter utama dalam menegakkan integrasi kebangsaan dan persatuan Indonesia. karena di situlah nilai-nilai luhur yang telah dialami menjadi pelajaran, agar yang bias dan kesalahan bisa dieliminir, atau dihindari, sembari memupuk nilai-nilai keteladanan kekal bagi perjalanan bangsa untuk selanjutnya.
Dari sinilah, Kusuma meneropong masalah kepahlawanan nasional Ide Anak Agung Gde Agung, tentara PETA, Soeharto dan Serangan Oemoem 1 Maret 1949, Perdamaian Aceh pasca-Tsunami.

Orang-orang di Rumah Sakit (5): TEK BAYA SI TUKANG LOUNDRY TERCANTIK DI DUNIA

Bagaimana Kusuma menanggapi penulisan sejarah akademis? Genre penulisan sejarah kritis memang tidak selalu sesuai dengan pesan sejarah pewarisan dan ideologis. Namun di sini Kusuma berargumen, bahwa boleh berbeda soal interpretasi (penafsiran), sepanjang fakta yang diperoleh adalah sama: negara proklamasi dikibarkan pada 17 Agustus 1945, ada peristiwa 30 September 1965, misalnya. (Wakhid).***


One thought on “Resensi (4): KESADARAN SEJARAH DAN EKSISTENSI BANGSA NEGARA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *