logo mak-adang.com

Suci dan Bendera Merah Putih (6a): Panjat Pinang

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     14/02/2024    SUCI DAN BENDERA MERAH PUTIH   152 Views

Suci dan Bendera
Merah Putih

Oleh: Andi Mulya

Pak Muis lalu memberi contoh di kampung
halamannya yang merayakan kemerdekaan
dengan panjat pinang. Di ujung pohon pinang
yang licin bergemuk itu, tersedia banyak hadiah. Secara
berkelompok pemuda desa berlomba untuk mencapai
puncak tinggi.
Mereka saling bahu-membahu agar berhasil ke
puncak. Pemuda yang berbadan paling besar, berdiri
26
Panjat Pinang. Bersatu dan kerja keras untuk mencapai tujuan.
27
paling bawah. Dia rela badan, punggung dan bahunya
diinjak oleh teman yang akan naik ke puncak.
Mereka yang berbadan besar, bertiga menjadi
pondasi. Ade, Syahrul, Iwan terpilih menjadi pondasi.
Orang yang paling kuat saja yang mampu menahan
beban yang berat. Kasihan bukan?
Secara bergantian, dua teman lain, yakni Beni dan Oki,
menjadi dinding. Mereka berdiri di bahu dan tangan
Ade, Syahrul dan Iwan yang saling merangkul di bawah.
Bila sudah ada dua temannya yang berhasil
memanjat, mereka harus bertahan lagi. Sampai ada
satu orang yang tinggi dan berbadan lebih kecil naiik
lebih tinggi. Alif siap-siap menrangkak naik. Alif boleh
disebut sebagai puncak, atau atap bangunan.
Setelah tersusun tiga orang saling bahu-membahu,
ternyata puncak pinang masih tinggi, maka upaya harus
lebih keras lagi. Teman yang paling atas haruslah orang
yang cerdik, kuat dan juga cerdas.
28
Dengan susah payah semua bertahan, bahkan
pada puncak kelelahan yang tinggi.
Tapi o la llaaa.
Iwan ternyata tidak kuat. Bahunya miring karena
diinjak terlalu berat oleh Beni yang di atasnya. Kontan
saja tangan Iwan menarik tangan Syahrul yang juga
sudah lelah. Akhirnya pondasi panjat pinang melemah.
Bruukkk….
Semua tujuh orang meluncur ke bawah. Semua
jatuh, saling berimpitan. Tidak jarang lumpur yang di
bawah menimpa badan, kepala bahkan wajah mereka.
Ha.. haa hhaaa.
Semua tertawa.
Mengapa? Bukankah mereka suah keluar tenaga
sia-sia. Berat beban, dan tertimpuk teman dari atas,
bahkan berlepotan lumpur?
Pak Muis bertanya sambil diam sejenak. Kami
dipandang dengan penuh tanya. ***

 

Siapa yang biasa (bersambung ke hal 28)

 

 

Suci dan Bendera Merah Putih,
Penulis : Andi Mulya,
Disain isi dan Cover: Iwan Setiawan,
Diterbitkan pertama kali :,
Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.,
Jalan Daksinapati IV, Rawamangun, Jakarta Timur,
Cetakan Pertama:,
Juni 2017,
ISBN :,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *