Temukan apa yang menarik dari Pengabdian Masyarakat FISIP dan Unit Aktitivitas Pers Kampus Mahasiswa (UAPKM) Universitas Brawijaya ini.
Mak-Adang.com, MALANG
Penulisan feature lebih terkesan tulisan yang menggugah emosi, empati, dan rasa dari pembaca. Itulah salah satu yang membedakannya dengan berita biasa.
Penjelasan itu dikemukakan editor Kompas. com, Andi Hartik saat memberikan materi pelatihan jurnalistik tingkat lanjutan. Pelatihan itu disampaikan kepada perwakilan aktivis pers mahasiswa di lingkungan Universitas Brawijaya (UB) di hari pertama, Sabtu (1/6).
Dengan tulisan yang diharapkan bisa menggugah emosi, empati, dan rasa dari pembaca, pendengar, atau penonton, dijelaskannya, diharapkan tulisan atau tayangan yang dibuat itu dapat menggerakkan masyarat melakukan apa yang dianjurkan dalam tulisan itu. “Semakin banyak yang tergerak, berarti tulisannya makin bagus,” ujarnya.
Feature, menurut Andi, perlu ditulis guna melengkapi berita besar yang sudah ditulis dalam bentuk berita biasa yang sering dikelompokkan dalam hard news.
Guna memiliki kemampuan menulis features Andi menganjurkan mahasiswa terbiasa melihat, bahkan bila mungkin belajar menulis cerpen. Karena feature itu mirip dengan cerpen dari cara penulisannya.
“Bedanya feature ditulis berdasarkan fakta, sedang cerpen boleh ditulis berdasarkan fiksi atau data karangan”, jelasnya.
Kegiatan ini merupakan kerjasama Tim Pengabdian Masyarakat FISIP-UB dengan Unit Aktitivitas Pers Kampus Mahasiswa (UAPKM)-UB yang berlangsung selama 4 hari pada akhir pekan. Pematerinya berasal dari media terkemuka, Kompas.com, Jawa Pos, dan Tempo.(rel) ***