Sumatera Barat, dan orang Minangkabau umumnya, berhutang budi kepada Prof. Harun Zain. Bagaimana kepemimpinannya dan mengapa Sumbar bisa ‘bangkit’? Mak-adang. com menurunkan empat tulisan setiap hari Senin. Ini edisi kedua. Selamat membaca. ***
Turun ke Pelosok: Jauh Sebelum ada Blusukan.
Oleh: M. Fuad Nasar.
Sumatera Barat khususnya pada awal kepemimpinan Gubernur Harun Zain merupakan daerah yang porak-poranda secara fisik dan mental pasca pergolakan PRRI yang ditumpas dengan operasi militer. Seusai PRRI terjadi eksodus besar-besaran orang Minang ke luar daerah. Sebagian orang enggan tinggal di kampung dan takut menyatakan diri sebagai orang Minang.
Sabalun iko : ANDA ORANG MINANG? (1): BEGINI HARI JADI PROVINSI SUMBAR YANG WAJIB ANDA TAHU.
Kondisi sosial politik dalam negeri diperparah dengan meletusnya tragedi G.30.S/PKI tahun 1965 yang merupakan sejarah kelam bangsa Indonesia.
Setelah menjabat gubernur, Harun Zain mengunjungi pemimpin dan pituo Minang di Jakarta, Mohammad Natsir.
Tokoh Islam dan mantan Perdana Menteri itu berpesan kepada Harun Zain, Pandai-pandailah merangkuh dayung. Gubernur mengundang Mohammad Natsir pulang kampung tahun 1968. Ceramah Mohammad Natsir tentang pembangunan daerah dan pembangunan mental di beberapa tempat disambut hangat oleh seluruh lapisan masyarakat, ninik mamak, cerdik pandai dan imam khatib yang merindukan Pak Natsir. Dua puluh lima tahun kemudian saat Mohammad Natsir wafat dan dimakamkan di TPU Karet Tanah Abang Jakarta Pusat 7 Februari 1993, Harun Zain salah satu tokoh Minang yang penulis lihat hadir.
Kisah Surau Tuo (4): MAMPUKAH BERTAHAN DI TENGAH MODERNISASI?
Blusukan.
Sebagai kepala daerah, Harun Zain rajin turun ke pelosok-pelosok nagari. Menurut kesaksian Azwar Anas, Gubernur Sumatera Barat periode 1977 1987, kalau Harun Zain berkunjung ke desa-desa (nagari), ia membawa ala kadarnya bantuan untuk kebutuhan masyarakat, seperti sekodi atap seng, sekotak obat-obatan, sekian zak semen dan sebagainya. Yang mengesankan adalah keikhlasan beliau. Sewaktu kunjungan di Kabupaten Pasaman memenuhi permintaan agar gubernur mengunjungi sebuah nagari terisolir.
Info nan Lain: LAYANAN HOTEL DI SUMBAR BELUM MEMUASKAN, INI AJAKAN KETUA UMUM KADIN SUMBAR.
Harun Zain rela berjalan kaki cukup jauh menempuh daerah yang belum pernah dijejaknya.Baiklah, tapi berapa jauh ke sana? Dijawab Tak jauh, Pak, hanya sebatang rokok perjalanan.
Dalam kunjungan kerja ke nagari-nagari selingkar Sumatera Barat, sering diadakan dialog dengan penduduk setempat baik resmi maupun kondisional. Mobil jeep BA 1 tanpa pengawalan voorijder kadang berhenti di pinggir sawah. Gubernur Harun Zain turun dari mobilnya menyapa petani untuk dialog. Ia pemimpin perubahan yang berbuat memajukan daerahnya.
Dalam biografinya, Harun Zain menuturkan, Sering dikatakan orang bahwa mengatur orang Minang itu sulit. Dengan orang Minang harus bermusyawarah. Jangan main perintah! Sebab, orang Minang adalah orang yang merdeka dan punya harga diri yang tinggi. Orang Minang memandang dirinya sama dengan orang lain, duduk sama rendah tegak sama tinggi.
Info Nagari Tuo: INI KATA TASMAN, WALI NAGARI TERPILIH UNTUK MEMAJUKAN ‘NAGARI TUO’ PARIANGAN.
Pemimpin hanya didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting. Memimpin orang Minang berarti mengajaknya bermusyawarah.” Praktik kepemimpinan dengan nilai-nilai musyawarah seperti diungkap Harun Zain merupakan kekayaan intelektual dan nilai-nilai budaya Minang yang harus dijaga.
Harun Zain melakukan revitalisasi peranan ninik mamak dan alim ulama melalui berbagai kebijakan yang dilahirkannya. Ia memfasilitasi pembentukan Badan Kontak Perjuangan Umat Islam disingkat BKPUI. BKPUI adalah cikal bakal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat yang diketuai pertama oleh Buya Haji Mansur Daud Datuk Palimo Kayo. Dalam rangka pemberdayaan lembaga dan masyarakat adat, Harun Zain membentuk Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) dan memperkuat fungsi Kerapatan Adat Nagari (KAN).
Sewaktu pembangunan Rumah Sakit Islam Ibnu Siena YARSI Sumatera Barat di Bukittinggi pada akhir dekade 1960-an atas dorongan Mohammad Natsir, Buya H.M.D. Datuk Palimo Kayo dan beberapa tokoh lainnya, Harun Zain menganjurkan jajaran pegawai negeri agar menyisihkan sebagian gajinya untuk sumbangan pembangunan Rumah Sakit Islam.***
Pekan depan (3): MENGAPA HARUN ZAIN MENOLAK MOBIL DINAS MERCY ANGGARAN DARI PUSAT?