Etika memberi nasehat itu ada dua. Pertama : Hubungan. Misalnya hubungan tali darah Mamak yang bertanggung jawab dan Kemanakan.
Bisa pula hubungan kita guru murid. Ini dengan syarat sang murid beroleh ilmu dari Tuan sebagai gurunya. Kalau bahasa UAS ada ilmu sang anak yang tersanad kepada tuan. Jadi tidak karena sekadar h ubungan institusi, Tuan mengajar di sini, sang anak di sana, walau satu institusi.
Kedua : Kapasitas. Tuan memang senior, pembimbing atau jabatan lain yang berhak sekaligus wajib memberikan bimbingan. Dari tuan dia beroleh ilmu, juga kelulusan karena jabatan tuan memang mengesahkan urusannya.
Walau punya keduanya, tuan tidak layak memberi nasehat, bila terkait dengan selera atau pilihan. Misalnya tuan suka si A, lalu menggunakan semua modal sosial yang tuan miliki untuk memilih si A. Sementara orang yang dinasehati memilih B. Bila tidak memiliki semua itu, nasehat tuan hanyalah suara calon calon postpower sindrome.
Jakarta, 27 matet 2019