Mak-Adang.com
Papa bernama lengkap Fakhri Datuk Sahih Penghulu. Nama kecilnya Fakhri Ahmad, terkait nama ayahnya Ahmad Sutan Marajo. Di barang-barang kesayangan, Papa menulis nama dengan singkatan DTS, Datuk Sahih. Itu ditulis di dalam papan catur, di tangkai gergaji, di kursi kayu bulat dan lain-lain.
Teman sebaya di Pasar memanggil Papa hanya dengan Datuk. Para pemuda menambahkan kata Mamak, atau Mak Datuk singkatnya. Di Pasar Swakarya bukan hanya Papa yang dipanggil Datuk.
Tapi ada beberapa orang yang semuanya dari kampung halaman, Nagari Keramat. Selain baju, juga ada jualan sepatu, dan barang-barang hiasan, serta kelontong.
Di Pasar Swakarya ini sejak berdiri hampir semua pedagang kain, atau baju dan tekstil adalah orang Nagari ini. Masih ada hubungan keluarga dan sekampung dengan kami. Sebagian besar merantau sejak usia muda. Seperti Papa, waktu itu berusia 30 tahun usai mengundurkan diri dari induk semang dari Padang.
Saya sering diajak ke Pasar oleh Papa. Akibatnya saya mengerti siapa-siapa saja yang berdagang di Pasar, terutama yang satu asal. Satu kali, Edward teman sekolah di SD Center berjumpa di Pasar. Dia mengatakan itu toko Jakarta, adalah tokonya. Ayahnya pemilik toko itu terlihat di sana.
Saat itu saya mengerti Edwar adalah teman sebaya yang satu kampung halaman. Kemudian hari saya mengerti ibu Edwar adalah Cucu Haji Hasan, Ayah Mak Tuo dari istrinya di Koto Kaciak. Menurut agama, Edwar adalah jalan kemenakan saya. Sebab ibunya memanggil Etek, artinya adik ibu, kepada Mama. Namun sehari-hari saya dan Edwar memanggil nama saja.
Toko Jakarta, milik ayah Edwar berada di pinggir jalan menuju ke Bioskop Alhamra. Bila lurus berjalan ke arah Utara, berjarak sekitar delapan toko, akan bertemu dengan Toko Harmonis, toko Papa.
Pasar Swarkarya menghadap ke Barat, atau menghadap Duri Barat, lokasi Pasar yang terbakar. Dari rumah melewati jalan Obor sedikit terus ke jalan pasar samping rumah makan Bintang Harapan. Lalu menyeberang, ke terminal oplet. Sebelum bertemu gerbang Pasar, di depannya dipenuhi pedagang buah-buahan. Kedai sederhana berupa bedeng beratap terpal.
Di gerbang juga dipenuhi usaha kecil, seperti penjual rokok, dan tukang jahit sepatu. Di jajaran pertama berdiri toko emas. Semua pedagang emas berasal dari Padang Pariaman. Setelah itu masuk ke dalamnya adalah toko kain, tekstil, dan sepatu. Ke belakang adalah toko sayur, dan daging. Juga ada toko makanan dan minuman serta grosir rokok.
Melewati jalan yang becek di belakang sana terlihat bioskop Alhamra itu. Toko Papa boleh dikatakan di petengahan Pasar Swakarya. Menghadap ke arah Utara, di depannya ada toko mainan anak-anak. Samping kanan toko kain Mak Lis.
Di depan Mak Lis toko kelontong Mak Suman. Lelaki yang senang berdiskusi dan menyetel siaran BBC London di radio kecil 4 band nya. Di samping toko Mak Suman, ke arah Utara, ada toko sepatu Ramona. Ni Upik yang juga bersuku Piliang Balai-Balai adalah pemiliknya. Di kampung rumah Ni Upik bagai bersebelahan dinding dengan rumah kayu Mak Tuo di kampung.
Di samping kiri toko Papa adalah toko AM Konveksi. Sedangkan di depannya, atau diagonal dari toko Papa adalah Toko Da Manun. Mama menyebut Manun masih cucu dari Kakek Rasyidin Juru Tuli. Walau usia terpaut jauh dengan saya yang Sekolah Dasar, saya memanggil Da Manun saja.
Selain Pasar Swakarya, ada Pasar Lambuang, khusus jual makanan dan minuman. Pagi hari tersedia lontong pecal dan ketupat. Juga bubur campur disebut kampiun, serta goreng pisang dengan ketan. Siang dan malam hari ada Miso, sate, dan es tebak. Pasar Lambuang bangunan yang terbuka, dengan dinding satu meter saja. Untuk menutup orang yang makan, pemilik toko membentangkan kain yang diutas dengan kawat.
Dari satu toko bisa melongok ke toko lainnya. Pada malam hari pedagang menutup toko dengan menyimpan kain pembatas. Lalu mengunci gerobak dan peralatan dapur. Sehingga Pasar Lambuang itu terlihat seperti Los yang panjang. Lazim disebut Los Lambuang.
Untuk makan siang, ada kalanya Papa membeli nasi bungkus. Ada rumah makan Sinar Jaya, dan Bintang Harapan di depannya. Rumah makan kaki lima disebut Nasi Ampera juga tersedia diantara sudut-sudut toko, atau gang sekitar pasar. Umumnya masakan yang tersedia adalah asli Minang.
Demikian pula bumbunya juga didatangkan dari Batusangkar, Bukittinggi, atau Payakumbuh. Soal rasa memang tidak bisa berdusta. Orang Minang paling mengerti bumbu asli dari Minang berbeda enaknya dari daerah lain. Bumbu dan sayuran dari Minang disebut menambah kata mudiak artinya Mudik, menunjuk dari Sumatera Barat, asal nagari perantau di Duri. Jadi ada beras mudiak, lado mudiak, buah-buahan mudiak. Telur dan ayam mudiak.
Penerangan di Pasar Swakarya masih mengandalkan lampu strongkeng. Sebutan untuk lampu Petromax. Bila mangrib menjelang, sebelum pukul 19.00 wib, pedagang sudah menghidupkan lampu strongkeng di depan toko mereka. Umumnya lampu itu dihidupkan dengan menuang spritus berisi alkohol dulu ke lambung lampu melalui lobang kecil yang tersedia di sampingnya. Setelah penuh lalu korek api disalai, artinya disulut, ke spiritus itu.
Tidak sampai lima menit, api mulai naik dan panasnya sudah menjalar ke kaus lampu yang berwarna putih. Kemudian pompa kecil di perut lampu yang berisi minyak ditekan berulang-ulang. Beberapa saat minyak bercampur dengan tekanan angin naik dan menularkan panas ke kepala lampu terbuat dari keramik.
Dari sanalah panas dialirkan ke kaus lampu sehingga terang sekeliling toko. Untuk menyetel besar kecilnya tekanan minyak, ada putaran merah besar di perut lampu. Letaknya diantara pompa dan mulut minyak. Bisss.. Begitu bunyinya bila diputar. Lampu akan berkedip karena panasnya disambut oleh api, sehingga semakin terang.
Lampu ini jauh lebih terang dari 10 lilin sekalipun. Cahayanya juga lebih memutih dan tidak menimbulkan asap. Ia mampu bertahan tiga sampai empat jam. Usai itu cahayanya akan redup. Pemilik toko akan mematikan, karena pukul 21.00 umumnya pasar akan tutup.Kecuali pada bulan Puasa, apalagi akhir ramadhan, toko bisa buka sampai pukul 01.00 dini hari.
Satu kali lampu petromax toko sebelah masih menyala. Sementara semua toko sudah tutup. Dari jerjak, atau ventilasi atas, terlihat lampu tersebut menggantung sudah memerah, bukti sudah tiga jam lebih dihidupkan.
Sang pemilik toko, Da Fen, ternyata menonton di Bioskop. Orang-orang cemas, dan berkumpul sekitar toko itu. Ada yang berusaha menghubungi operator bioskop agar Da Fen segera ke toko, dan meninggalkan bioskop.
Di tengah keadaan mencemaskan, Pak Malipado yang pengurus Masjid Jami, berpidato singkat.
Sebaiknya, kata beliau, kita bersabar, sampai Fen, sang pemilik toko datang. “Jangan ada yang emosi, lalu bertindak sendiri membongkar,” kata Pak Mali Pado.
Situasinya memang sulit. Tersebab bila api sudah membesar, dibongkar sekalipun toko tersebut, akan sulit diatasi. Tidak ada satu pun punya racun api. Di tengah toko yang padat karena barang bertumpuk di dalamnya, api yang dipadamkan tanpa koordinasi dan ahli, dimungkinkan akan makin membesar.
Tak lama setelah Pak Mali berpidato, Da Fen datang dengan cemas. Sambil mengeluarkan kunci ia berjalan kepintu dan membuka toko tersebut. kemudian mematikan lampu strongkeng itu. Semua orang lega dan bubar. Da Fen tampak lelah dan mengusap mukanya.
Kebakaran pasar lama dulu kabarnya juga akibat penunggu toko yang menghidupkan lilin. Di wilayah Duri yang panas kebakaran mudah terjadi. Akan tetapi sistem keamanan sangat buruk karena di Pasar Swakarya tidak tersedia sumber air bersih, termasuk MCK memadai.
Kebutuhan air untuk mandi dipenuhi ke daerah Sumur Ladang, atau di belakang Bioskop Alhamra. Sedangkan untuk berwudhu langsung ke Masjid Jami.
Aliran listrik baru tersedia tahun 1980-an. Itupun dibayar ke pihak swasta. Kepala Pasar langsung membeli mesin diesel. Di belakang Pasar Swakarya dibuat Gardu dengan dinding kawat. Pada sore hari, saat listrik mau dihidupkan terdengar bunyi: duukk, duuukk dduuuk. Seperti kayu berjatuhan, tanda operator memutar tuas penghidup diesel.
Sering terjadi listrik itu padam, misalnya saat magrib atau pedagang berbuka puasa. Sementara lilin menjadi penerang pilihan. Biasanya tak lama kemudian kepala pasar akan datang ke beberapa pedagang. Ia mengatakan perlu sumbangan dana karena kerusakan mesin. Pedagang pun mengumpulkan uang partisipasi.
Pasar di Kota Minyak nyaris rentan terbakar, kotor dan bau kencing di pojok belakang, karena menjadi tempat kencing darurat.***