logo mak-adang.com

Ilmu Kepolisian (3) HUT  AS dan Ilmu Kepolisian Indonesia.

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     11/03/2023    Manajemen Keamanan   141 Views
Mak-Adang.com memuat artikel lama Jakarta, tanggal 3 Juli  2013. Selamat membaca.

oleh : Andi Mulya

Magister Ilmu Kepolisian UI dan Mantan Tenaga Ahli DPR-RI
 
Bertikai cuma tiga hari setelah HUT Bhayangkara 1 Juli 2013 ini,  pada tanggal 4 Juli ini, Negara Amerika Serikat memperingati hari kemerdekaannya (independent day). Kemerdekaan AS tahun 1886 ditandai oleh penandatanganan deklarasi oleh 13 negara bagian di AS. Perayaan hari kemerdekaan bagi semua bangsa adalah momentum penting, apalagi negara AS menjadi rujukan budaya termasuk ilmu pengetahuan bagi bangsa-bangsa dunia. 
Sedemikian pentingnya Negara AS , sehingga ada yang berpendapat dunia adalah bagian dari AS. Hal itu barangkali karena disamping julukannya sebagai negara super power, semua perkembangan di berbagai belahan dunia tidak luput dari perhatian dan pengaruh  AS, khususnya ilmu pengetahuan.
Bagi Indonesia hubungan dengan  AS kini makin penting, ditambah lagi dengan kenangan dan emosional sang Presiden Barack ‘Berry’ Obama yang pernah dibesarkan di Jakarta. Jauh sebelum itu, di masa Presiden Soekarno pun hubungannya dengan presiden AS, seperti John F Kennedy,  terlihat mesra. Di samping masa Soekarno pula, pernah terjadi pasang surut hubungan dengan Negara AS. Soekarno pernah berucap : “AS kita setrika.”
Namun kemudian selama Orde Baru, AS adalah mitra Indonesia di berbagai bidang seperti ekonomi  perdagangan dan investasi. Apalagi dalam pertahanan dan keamanan AS membutuhkan dukungan Negara-negara dunia karena peristiwa 11 September 2001. Terkait dengan bidang ilmu kepolisian, penulis mencatat beberapa hal penting yakni pengaruh ilmu pengetahuan kepolisian (police science) AS  bagi Indonesia.
Ilmu Kepolisian
Banyak bidang ilmu yang dipelajari oleh pelajar Indonesia di AS sejak awal kemerdekaan dulu. Sebagian dari lulusan universitas di Negara tersebut menjadi tokoh penting di tanah air baik di akademis maupun jabatan profesional dan pemerintah/birokrasi  termasuk TNI dan Polri. Sempat legendaris istilah ekonom asal  Harvard, yang disebut kelompok Barkeley. Demikian pula di bidang teknologi  dan ilmu dasar dan sain lainnya. 
Cabang ilmu kepolisian, yang sekarang berkembang di Indonesia juga merujuk pada perkembangan ilmu kepolisian di AS. Jadi sejak tahun 90-an, tokoh Indonesia seperti Harsja Bachtiar, Parsudi Suparlan, dan sebagainya mengembangkan ilmu kepolisian tersebut. Harsja Bachtiar mamtan Gubenur PTIK  malah memperlihatkan berbagai judul penelitian, buku, jurnal, dan artikel tentang ilmu kepolisian (police science) berikut ahli-ahlinya .
Itu pula menjadi titik tolak diterima gagasan Ilmu Kepolisian menjadi salah satu jurusan di Pascasarjana Universitas Indonesia dengan nama Kajian Ilmu Kepolisian (KIK). Parsudi seorang antropolog lulusan University of Illionis, AS, malah memberikan perhatian yang lebih besar pada ilmqu kepolisian ini. Di masa bangku pendidikan S-2 KIK angkatan VIII, tahun 2002, penulis menyaksikan bahwa Parsudi menjadi sosok yang berpengaruh besar . Hal itu disebabkan Parsudi  mengajarkan metodologi penelitian kepolisian yang  wajib dikuasai mahasiswa yang sebagian besar adalah perwira Polisi. Malah ada era sebelumnya dimana kelulusan proposal penelitian tesis melalui Parsudi dulu sebelum dibimbing oleh pembimbing lain.
Metode etnografi yang diajarkan sebagai pendekatan antropologi banyak dipelajari di kepolisian Indonesia. Parsudi pun memberi pemahaman bahwa sebagai ilmu antar bidang, ilmu kepolisian mendapat input dari ilmu pengetahuan lainnya. Dalam tempo itu, Ensiklopedia Kepolisian AS karya Willian G. Bailey (diterjemahkan ke bahasa Indonesia 2005) juga menjadi rujukan dan memperluas pengetahuan kami tentang  gejala-gejala yang terjadi di kepolisian Indonesia.
Dari Ensiklopedia itu, diketahui bahwa penelitian tentang kepolisian dihimpun dengan penelitinya berbagai ahli seperti antroplog, sosiolog, psikolog, dokter, ahli hukum, dan sebagainya. Sejak tahun 1980-an di AS telah diteliti seperti kejahatan kerah putih, pencucian uang (money laundering), sekolah kepolisian.  Hal lain  ada penelitian tentang  bunuh diri polisi, dan masalah kerumunan demonstran yang beberapa tahun terakhir menjadi perbincangan di  Indonesia.
Juga yang lebih spesifik dipaparkan seperti polisi khusus, polisi kampus, anjing polisi, kekerasan oleh polisi dan lain-lain. Adanya konsep kemitraan polisi dan masyarakat (community policing) juga telah dipaparkan dan kita menerapkannya dengan membentuk BKPM.
BKPM adalah singkatan Badan Kemitraan Polisi dan Masyarakat yang telah ada sampai ke tingkat Polsek dan desa/kelurahan. Walau ada programnya, serta rencana strategis di tingkat Mabes Polri tentang BKPM, namun kadang kala efektivitas fungsinya di masyarakat masih jauh dari harapan.
 
 Walaupun bekal dan rujukan akademis ilmu kepolisian dari AS itu lebih dari cukup, penelitian tentang ilmu kepolisian Indonesia tidak terlalu berkembang. Penelitian yang ada hanya terbatas pada penulisan untuk tugas perkuliahan di PTIK dan KIK. Umumnya sebagai tugas akademis, fungsinya lebih ditujukan untuk ilmu pengetahuan, belum bertaraf rujukan kebijakan.
Pasalnya seperti strata kesarjanaan, disebutkan bahwa penelitian skripsi (S-1) hanya untuk belajar menulis. Lalu tesis (S-2) untuk belajar menganalisa. Baru tahap disertasi (S-3) kajiannya sangat filosofis atau ahli. Itu pun bila konsistensi untuk meneliti tidak dikembangkan,  masyarakat tidak memperoleh perbaikan layanan kepolisian. 
Kesimpulan
Banyak cabang ilmu pengetahuan berkembang di tanah air kita yang bersumber dari pengetahuan dari kemajuan Negara AS.  Oleh sebab itu kemerdekaan AS 4 Juli 2013 ini sangat bermakna dimana banyak orang pernah menempuh pendidikan di AS maupun yang mempelajarinya melalui buku-buku  atau jurnal.
Seperti di bidang ilmu kepolisian, di Indonesia juga banyak memperoleh masukan dari bacaan dan penelitian di AS. Namun tidak serta merta rujukan tersebut menjadikan penelitian tentang kepolisian berkembang pesat. Terbukti banyaknya masalah-masalah kepolisian baik  personil Polri sendiri dan masalah sosial  serta prilaku kejahatan yang muncul seperti bunuh diri polisi belum diteliti di tanah air kita. 
Menurut hemat penulis, tidak perlu menunggu kerjasama penelitian dan sponsorship bila ada perhatian untuk menemukan jawaban dari masalah yang berkembang di masyarakat kita. Ilmu pengetahuan bersifat sangat dinamis, kendati bersumber dari Negara berpendidikan maju seperti AS, penelitian yang sama di Indonesia akan menjadi temuan baru, yang juga penting bagi Negara lain, khususnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Makna bila ada kemandirian kita dalam ilmu pengetahuan khususnya penelitian, Negara bisa menghemat banyak anggaran karena setiap masalah yang ada, solusinya bisa ditemukan oleh ahli-ahli bangsa sendiri. Selamat HUT Kemerdekaan AS. ***
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *