logo mak-adang.com

“Malin Kundang: Hikayat Sumpah Batu”

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     7/07/2023    Literasi   226 Views

SKENARIO

Durasi: 10 menit
Lokasi: Padang, Pulau Jawa, dan Pantai Air Manis

Karakter:

Malin Kundang
Ibu Malin Kundang
Istri Malin Kundang
Dunsanak (sanak famili) Malin Kundang
Mamak dan etek-etek (tetua adat Minang)
Warga kampung
Korban bencana alam
 

Narator
[Intro]
Narator: Di kota Padang terdapat cerita baru mengenai Malin Kundang, yang dikenal sebagai anak yang baik dan taat. Mari kita ikuti perjalanan hidup Malin dalam hikayat “Sumpah Malin Kundang.”

[Scene 1: Malin’s Departure]
(Latar belakang musik yang menggambarkan perasaan tegang)
Malin Kundang: (Memeluk ibunya) Ibu, aku akan pergi merantau ke Pulau Jawa. Aku akan mengubah nasib kita yang miskin. Aku berjanji akan mengirimmu segala yang kau inginkan.

Ibu Malin Kundang: (Menangis) Anakku, semoga Allah memberkati perjalananmu. Aku akan mendoakanmu setiap hari.

[Scene 2: Malin’s Success]
(Latar belakang musik yang semakin ceria)
Malin Kundang: (Berbicara dengan teman-temannya) Awalnya aku hanya seorang pedagang kaki lima, tapi sekarang aku telah memiliki beberapa toko. Semua ini berkat doa dan restu ibuku.

Istri Malin Kundang: Aku bangga padamu, Malin. Kau adalah suami yang luar biasa.

[Scene 3: Kembali ke Padang]
(Latar belakang musik yang misterius)
Malin Kundang: (Tiba di pelabuhan, terkejut melihat ibunya dalam keadaan yang buruk) Ibu! Apa yang terjadi? Kenapa kau tinggal di rumah seperti ini?

Ibu Malin Kundang: (Dengan sedih) Anakku, selama ini semua kirimanmu tidak pernah sampai padaku. Semua harta yang kau kirim malah melekat pada dunsanak-dunsanakku.

Malin Kundang: (Berkata pada istrinya) Kita harus membawa ibu ke tempat kita tinggal di rantau. Dia harus tinggal bersama kita.

[Scene 4: Konfrontasi dengan Mamak dan Etek-etek]
(Latar belakang musik yang membangkitkan ketegangan)
Mamak: Malin Kundang, jangan bermimpi membawa ibumu pergi. Dia harus tetap di sini!

Etek-etek: Kamu durhaka! Kamu melanggar adat!
 

Malin Kundang: (Mengangkat tangan berdoa) Jo ia mato ambo hidupi mandeh ambo. Tapi kalian malah mangicuahnyo!
 

(Kapal mamak dan etek-etek berubah menjadi batu)
 
[Scene 5: Malin’s Generosity]
(Latar belakang musik yang menggambarkan semangat pemberian)

Narator: Meski hatinya terluka, Malin tetap meneruskan prinsip hidupnya. Ia mengirim bantuan kepada warga kampung dan korban bencana alam.

Warga Kampung: Terima kasih, Malin Kundang! Engkau adalah malaikat penyelamat bagi kami.

[Scene 6: The Betrayal]
(Latar belakang musik yang menegangkan)
Malin Kundang: (Membaca berita tentang penyalahgunaan bantuan) Bagaimana bisa ini terjadi? Bantuan yang ku kirim tidak sampai ke tangan yang berhak.

[Scene 7: The Curse]
(Latar belakang musik yang dramatis)
Malin Kundang: (Marah dan frustasi) Jika bantuanku tidak sampai, mereka harus mendapatkan hukuman! Kutuk mereka!

 

(Narator menjelaskan bahwa terjadi gempa bumi yang menghantam daerah tersebut)

 

[Scene 8: Redemption]
(Latar belakang musik yang menyentuh hati)
Narator: Meskipun tersakiti, Malin tidak pernah berhenti mengirimkan bantuan. Baginya, pemberian itu adalah bagian dari rezeki yang diterimanya dari Allah.

Malin Kundang: Aku berjanji akan tetap berbuat baik dan membantu sesama. Semoga Allah melindungi kita semua.

[Ending]

Narator: Begitulah kisah Malin Kundang, seorang anak yang taat dan dermawan. Ia menunjukkan bahwa kebaikan akan selalu berbuah baik. Dan bagi mereka yang mengkhianati kebaikan, nasib yang buruk menanti.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *