Oleh: Andi Mulya.
Penulis Terpilih Perpusnas RI tentang Konten Lokal 2024.
(Tulisan enam tahun lalu)
Waktu adalah
Ruang yang membuktikan seseorang masih hidup atau sudah wafat. Tahun lalu sejumlah kerabat dan teman masih sehat ceria gembira. Tapi tahun ini mereka telah pergi. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
Waktu adalah
Peluang setiap kita bermanfaat bagi orang lain. Maka bantulah teman kerabat sahabat di saat ia susah. Bila waktu berputar, bisa jadi ia menjadi sangat mapan dan sejahtera. Sebaliknya di waktu itu anda sedang jatuh bahkan terpuruk.
Waktu adalah
Ilmu yang karenanya kita memilih mana yang bermanfaat mana yang mudarat. Sehingga banyak orang alim/berilmu bangun malam dengan tahajudnya kemudian membaca. Belajar. Ia tidur cepat dan bangun semalaman. Malam seolah-olah persetujuannya. Akhirnya ilmu pengetahuan pula yabg membuktikan tubuh mengeluarkan racun sampai pukul 08.00-02.00 dini hari.
Pada saat itulah kita harus tidur. Lalu mandi sebagaimana ulama mencanangkannya sejak dulu meski di negeri yang dingin di puncak Marapi. Tidak ada alasan tidak bangun subuh.
Tepatlah Alquran mengukirkan surat Al Asrhy. Demi waktu.
Waktu adalah
Sumpah Allah atas nikmat yang diberikan kepada makhluk.
Demi waktu fajar.
Demi waktu Subuh
Demi Waktu siang
Demi waktu petang
Dan demi malam.
Orang yang beruntung memulai hidupnya sejak fajar, sehingga ada shalat Sunat Fajar yang menjanjikan Allah sebagai waktu doa-doa yang kita kabulkan dan rezeki ditambah.
Alhamdulillah
Speaker di depan rumah saya masih ada yang melantun istighfar. Pagi ini masjid memang menurun jamaahnya.
Hanya empat orang termasuk imam. Ditambah satu teman yang datang terlambat.
Waktu adalah
Apa yang Anda rasakan dan buat hari ini.
Salam
Mak Adang dari Nagari Keramat
1 Januari 2018.