logo mak-adang.com

Kabar dari Turki (8): Setelah Gempa Sepekan Berlalu.

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     13/02/2023    Kabar dari Turkiye 2   142 Views
Kabar dari Turki (8): Setelah Gempa  Sepekan Berlalu.

Mak-Adang. com mengisahkan sepekan  gempa Turki  yang dampaknya menyeluruh ke seluruh kawasan,  termasuk Provinsi Sakarya.  Ikuti  mengapa pengungsi sampai  ke sini, dan bagaimana pembelajaran semester ini yang akan dimulai pekan depan

                         ***

Tepat pada jam 11.00 ini,  sepekan lalu,  saudara kita di Turki  beroleh ujian gempa hebat  7.8 M. Pada jam  itu  pula,  saya sedang menenangkan hati dan pikiran menuju  ruang operasi  katarak mata kanan di RS Ainun  Cahaya Medika,  Bogor.

Operasi kedua ini sebenarnya berjalan lebih mudah, setidaknya dibandingkan mata kiri yang  jelas ada ‘semen putih ‘ di bola mata kiri,  Desember lalu.  Kali ini hanya  mengganti lensa  agar kedua terang,  sehingga minus 4.5 diharap  menjadi  0, seperti  mata kanan.

Pada pukul 13.30 operasi itu selesai.  Pukul 15.00, rasa sekejap saja,  saya sampai di rumah, melintasi jalan baru ‘Bomang’ begitu namanya disebut (Bojonggede–Kemang),  yang lancar 60 km. /jam di dua jalur lurusnya.

Praktis saya tudak ingin melihat kabar di media sosial. Apalagi demi ‘hemat mata’ saya sudah keluar dari delapan  group  wa, agar ‘birahi’ membaca bisa ditekan saat mata butuh  rehat.  Penting pula saya beritahu bahwa di rumah saya sudah tidak punya  televisi sejak  10 tahun lalu.

Tak heran bila gempa Turki yang demikian besar baru kami  ketahui dari Harau,  Payakumbuh.  Tante Afiq menelpon dan menanyakan kabar Afiq,  putera kami di Kota Sakarya,   dua jam dari Istanbul.

Bundanya  Afiq mencoba menghubungi dan mengirim pesan ke wa.  Tapi  tidak ada jawaban.  Pesan tidak dibaca dan hanya ada  daftar baca (check list)  warna hitam.  Tidak dua biru,  lazimnya pesan yang  sampai.

Saya mulai gundah.  Ada dua sebab. Gempa  memungkinkan semua jaringan  listrik dan telekomunikasi terputus. Dan kuatir ada apa-apa dengan Afiq.  Kedua,  teringat beberapa bulan lalu,  saat Presiden Turki, Recep Thoyi b Erdogan,  hadir  di Bali,  dalam rangka G-20. Turki juga  mengalami peristiwa berdarah.  Tapi informasi tersebut tidak disiarkan di televisi nasional  Turki sendiri.

Untuk membentengi informasi yang liar,  Turki menerapkan kehati-hatian demi kepentingan nasional di era digital ini.  Berbeda dengan kita di RI,   kisah skandal pejabat negara menjadi konsumsi sepanjang hari  sampai masa  atau sepanjang  sidangnya.  Relevan mengutip lontaran Prof.  Mukhtar  Ahmad: “seolah-olah hanya  itu  saja isinya negara  ini.”

Kontak dengan Afiq baru dibalas ada pukul 19.10 Wib,  atau 4 jam setelah gempa.

Afiq seperti  tak terjadi apa-apa.  “Memang ada apa Nda? ” tanyanya.

“Turki  tu  gempa.”
“Kok nda bisa dihubungi.”
“Orang sudah  heboh.”

Begitu kira-kira kalimat ke Afiq.  Tak sabar.

“Iya Nda,   Afiq tertidur,  karena dingin, ” jawabnya ringkas. Lalu menjelaskan teman Afiq  juga dapat chat bertubi-tubi dari Indonesia. Mereka empat orang di satu apartemen pantas  pulas,  karena kini perubahan dari musim panas ke dingin.  Tahun lalu malah turun salju  di awal Februari.

Tapi entah mengapa suhu mungkin lebih ekstrem.  Sebab empat orang seapartemen tersebut  terkena demam sepekan lalu.

Afiq susah dapat obat dan vitamin C.  Saya menyesal tidak  mengirimkannya Desember lalu  ketika mengirim  rendang dan bumbu dapur untuk Afiq.

Begitu ia jawab sehat selamat dan tidur  empat jam,  saya berkata : “seperti  kisah pemuda Kahfi ya.”

Setelah  Gempa.

Saya kira sepekan berlalu kabar Turki akan meredup.  Ternyata tidak.  Pagi tadi Menlu Turki juga menyatakan keprihatinan agar semua bangsa,  terutama negara maju  berhati nurani  melihat  gempa Turki.

Korban yang di hari pertama dinyatakan  1.498 orang,  kini tercatat 25.000 orang.  Dari ara sahabat saya beroleh pertanyaan simpati bagaimana Afiq.  Sesuai peta perjalanan,  dari Sakarya,  kota Afiq ke pusat gempa Kahramanmaras berjarak  900 km.  Sembilan jam dengan bis cepat  serba tol,  atau dengan kereta api.

Saya menyampaikan terima kasih kepada Prof.  Fahmi Amhar,  Prof  Firdaus Abdullah dari Malaysia,  Uda Fuad Nasar teman dan sahabat  di Jakarta yang menanyakan kondisi  Afiq.  Nama-namanya tak dapat disebutkan satu persatu.

Pengungsi dan Kuliah Online

Dahsyatnya gempa Turki secara struktural dirasakan  Afiq tadi malam.  Sebelumnya,  karena sudah libur  semester  Afiq mendaftar sebagai relawan. Tapi  pemerintah Turki  hanya  menerima warga setempat.

Tapi kemaren  8 kota pusat gempa harus  dikosongkan. “Gempanya agak lain Yah,  dua hari setelah gempa masih ada bangunan yang ambruk,”  kata Afiq.

Akibatnya Kota Sakarya yang jauh juga bersiap menampung pengungsi. Mengapa?  Kemaren sudah diumumkan bahwa asrama mahasiswa kampus harus disediakan untuk  pengungsi dari berbagai  kota.

Adapun asrama mahasiswa asing,  termasuk Indonesia boleh ditempati.  Tapi umumnya  mereka mencari tempat tinggal keluar kampus,  seperti  apartemen yang disewa Afiq secara berkelompok.

Di kampus pula sepanjang siang kamaren kampus sepi.  Tapi warga Turki banyak yang baru datang membawa koper besar,  seperti  orang pindah.

Sementara di pasar kebutuhan pangan serta supermarket banyak yang berbelanja untuk  kebutuhan yang  besar.

Sementara kini,  Afiq menunggu pengumuman resmi dari Universitas  tentang pembelajaran online, mirip satu tahun seperti Pandemi covid terjadi.

“Kini  banyak mahasiswa mulai menjelajah  (browsing) tiket  murah  pulang ke Indo, ” kata Afiq.

Bagaimana alam dan budaya  Turki,  khususnya kawasan Kahramanmaras yang kini berjuang bangkit? Ikuti Kabar dari Turki  selanjutnya.
***

agar semua bangsa,  terutama negara maju  berhati nurani  melihat  gempa Turki.

Korban yang di hari pertama dinyatakan  1.498 orang,  kini tercatat 25.000 orang.  Dari ara sahabat saya beroleh pertanyaan simpati bagaimana Afiq.  Sesuai peta perjalanan,  dari Sakarya,  kota Afiq ke pusat gempa Kahramanmaras berjarak  900 km.  Sembilan jam dengan bis cepat  serba tol,  atau dengan kereta api.

Saya menyampaikan terima kasih kepada Prof.  Fahmi Amhar,  Prof  Firdaus Abdullah dari Malaysia,  Uda Fuad Nasar teman dan sahabat  di Jakarta yang menanyakan kondisi  Afiq.  Nama-namanya tak dapat disebutkan satu persatu.

Pengungsi dan Kuliah Online

Dahsyatnya gempa Turki secara struktural dirasakan  Afiq tadi malam.  Sebelumnya,  karena sudah libur  semester  Afiq mendaftar sebagai relawan. Tapi  pemerintah Turki  hanya  menerima warga setempat.

Tapi kemaren  8 kota pusat gempa harus  dikosongkan. “Gempanya agak lain Yah,  dua hari setelah gempa masih ada bangunan yang ambruk,”  kata Afiq.

Akibatnya Kota Sakarya yang jauh juga bersiap menampung pengungsi. Mengapa?  Kemaren sudah diumumkan bahwa asrama mahasiswa kampus harus disediakan untuk  pengungsi dari berbagai  kota.

Adapun asrama mahasiswa asing,  termasuk Indonesia boleh ditempati.  Tapi umumnya  mereka mencari tempat tinggal keluar kampus,  seperti  apartemen yang disewa Afiq secara berkelompok.

Di kampus pula sepanjang siang kamaren kampus sepi.  Tapi warga Turki banyak yang baru datang membawa koper besar,  seperti  orang pindah.

Sementara di pasar kebutuhan pangan serta supermarket banyak yang berbelanja untuk  kebutuhan yang  besar.

Sementara kini,  Afiq menunggu pengumuman resmi dari Universitas  tentang pembelajaran online, mirip satu tahun seperti Pandemi covid terjadi.

“Kini  banyak mahasiswa mulai menjelajah  (browsing) tiket  murah  pulang ke Indo, ” kata Afiq.

Bagaimana alam dan budaya  Turki,  khususnya kawasan Kahramanmaras yang kini berjuang bangkit? Ikuti Kabar dari Turki  selanjutnya.
***


2 thoughts on “Kabar dari Turki (8): Setelah Gempa Sepekan Berlalu.

  1. Chikal says:

    Dari cerita diatas saya bisa merasakan kebingungan dan ketakutan yang di alami para mahasiswa yang sedang berada di turkey, bagaimana tidak takut setelah 2 hari gempa masih ada bangunan yang runtuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *