Refleksi Kisah Pak Habibie.
Mak-adang.com memuat ulang status efbi empat tahun lalu, tepatnya 12 Desember 2019. Termasuk dua foto, pertama suasana setoran hapalan ayat Al-qur’an usai sholat subuh di Pekanbaru. Sedangkan foto kedua adalah suasana sholat jamaah di Darunnajah 8, saat kunjungan ke pondok Afiq dn Aziz. Kini juga jadi pondok Suci. Selamat membaca.
***
Hari ini saya makin maklum mengerti, ada kesejahteraan yang lebih penting dari sekadar pekerjaan, rezeki, karir dan kecukupan baik kebutuhan pokok maupun barang mewah.
Kesejahteraan itu adalah kesejahteraan hari tua dan kesejahteraan akhirat. Wafat dalam keadaan tenang, khusnul khotimah dan balasan sorga.
Salah satu prasyaratnya adalah anak yang cukup, baik jumlah maupun soleh dan sholehahnya.
Banyak orang kaya ada yang menyesal dengan anak satu atau dua orang saja yang jauh dengan hidup dan karir yang bagus. Yang tidak ada baginya adalah waktu. Waktu bersama orang tuanya. Apa lagi saat mereka tua dan sakit.
Sepi…. Bak kata satu orang ternama.
Inilah hebatnya orang dulu yang banyak anak dan cucunya. Saat ayahnya sakit, semua anaknya datang walau bergantian.
Sang ayah yang sakit itu pun langsung sehat. Mengapa? Bila ingat masa kecil kalian, saya jadi sehat. perangai kalian yang berbeda beda itu yang membuat saya sehat.
Begitu tutur satu senior saya menceritakan ayahnya yang sakit. Ayahnya itu seorang ulama yang berani dan disegani.
Mereka delapan bersaudara. Teringat lah langsung kepada kedua orangtua. Berjarak 1.300 km dari sini. Lima anak semua sudah berkeluarga. Alhamdulillah dua anak ortu kami tinggal radius 2 dan 5 km dari rumah. Satu lagi berjarak 30 km.
Bila tidak berdosa berandai andai, tentu peluang mama lebih besar dekat dan dikunjungi anaknya bila kami 8 atau 12 orang bersaudara seperti teman belajar ngetik di komputer rakitan, 1992 dulu.
Sebaliknya andai mama punya 2 anak saja, dan itu adalah kamu berdua yang jauh, jelas seperti tadi. Orang tua merasa sepi. Secara psikologis, semua orang tua tidak betah tinggal bersama anak. Apalagi yang sibuk.
Orang tua ingin tetap di rumahnya sendiri, karena di rumah itulah ia merasa bisa, penting, dan ada.
Maka tanggung jawabmu untuk menyejahterakan hari tua ibumu, juga ayahmu.
Pak Habibie berpesan didiklah mereka dengan ilmu agama. Itu jauh lebih penting dari pada ia mengerti ilmu teknologi apapun.
Selamat jalan Prof Rudi. Idola yang cerdas dan tulus. Manusia luar biasa yang mungkin ada satu orang per satu abad.
Alfatihah. Aamiin.
Kesejahteraan di hari tua, satu yang tak kalah penting. (andi mulya) ***