Jusuf Irianto, Guru Besar Administrasi Publik FISIP Universitas Airlangga mengingatkan jangan ketakutan berlebihan dengan teknologi Artificial Intelegent (AI) seperti ChatGPT. Teknologi, katanya, untuk mempermudah manusia mencapai tujuan. Khusus untuk AI, harus diartikan sebagai alat pelengkap. Akan tetapi pembahasan tentang Chat-gpt dalam tulisan ini kurang ‘greget.’
Mak-adang.com, JAKARTA.
“Kita tahu plagiarism sebagai contoh merupakan serious academic error. Maka kita harus menghindari kesalahan akademik yang serius itu dengan menelan mentah hasil ChatGPT. Maka kita harus menghindari dengan menanfaatkan ChatGPT untuk sumber data mentah,” jelasnya.
Pengguna ChatGPT, katanya seperti disiarkan cnbc indonesia, diminta untuk mengolah lagi data yang didapatkan. Termasuk mencari tahu referensi informasi dari chatbot buatan OpenAI itu. “Jangan menelan mentah-mentah, jadikan partner kita. Komplementer dalam kehidupan kita lebih mudah lagi. Tujuan kita untuk mempermudah kehidupan kita bukan untuk mengganti kita,” ungkapnya.
Kedua, memberikan contoh konkrit dari pengalaman menggunakan ChatGPT dapat membantu memperjelas dan memperkuat poin-poin yang dijelaskan dalam tulisan. Ini dapat memungkinkan pembaca untuk lebih memahami bagaimana ChatGPT dapat diterapkan dalam situasi nyata.
Baca: Dr. Sailal : Mesin Penerjemah tak Bisa Diandalkan.
Terakhir, tambahan tutorial atau petunjuk sederhana akan memberikan nilai tambah bagi pembaca yang mungkin baru mengenal ChatGPT. Dengan memberikan langkah-langkah praktis, tulisan ini akan menjadi lebih informatif dan membantu pembaca dalam memahami cara efektif menggunakan ChatGPT.
Mengecek Fakta
Salah satu keterbatasan ChatGPT yang dapat menyebabkan fatal adalah adanya data yang salah. Oleh sebab itu seorang penulis apalagi dosen bahkan guru besar harus mengecek ulang data yang diberikan.
Info Lain: ENAKNYA KE PADANG DENGAN BUS SEMBODO: BEGINI PENGALAMAN PAK ARYADIE ADNAN.
Justin Belmont, Anggota Dewan Forbes, mengatakan ChatGPT memiliki sistem pengumpul data raksasa (big data). Mereka mampu menghasilkan teks, kumpulan data itu dapat memprediksi apapun kebutuhan yang diminta pengguna Chat-GPT.
“Namun, terkadang data mengandung informasi yang tidak akurat, sehingga model-model ini dengan percaya diri “mengeluarkan kebohongan,” tulisan. Dia menulis dalam artikel tentang dampak ChatGPT yang harus diantisipasi oleh penulis, termasuk di Indonesia.
Oleh sebab itu dia menyebutkan satu tips, yakni hindari menggunakan ChatGPT untuk menghasilkan teks tentang kejadian terkini. Kumpulan datanya terakhir diperbaharui, kata Belmot, pada September 2021.
Hasil ChatGPT harus dicek ulang atau cek silang dengan informasi relevan. Oleh sebab itu anda harus tekun mengumpulkan data secara manual dari sumber-sumber terpercaya.
Hal lain yang tak kalah pentingnya, untuk mendapatkan naskah yang terbaik, anda harus menggunakan bahasa terbaik pula. Setiap perintah atau permintaan yang menurut anda sama, akan dinarasikan berbeda hanya karena kata yang digunakan berubah satu atau dua kata saja. Jadi Chat-GPT adalah cara pintar memanfaatkan teknologi, namun buat orang yang pintar pula. (andi mulya) ***
Tunggu: LIMA TIP PENTING MENJADI PENULIS BERKUALITAS DENGAN CHATGPT.