Oleh: Ampera Salim SH. M. Si.
Mak-adang menurunkan setiap Ahad pagi pukul 07.00 tulisan bersambung tentang Surau Tuo, sebagai potret pendidikan masa lalu. Surau diyakin pendidikan terbaik dan paling modern yang mengagetkan penjajah Belanda masa itu. Di Surau pula perlawanan dan perjuangan kemerdekaan dimulai, baik fisik, mental, dan intelektual. Selamat membaca.***
Mak-adang.com, PADANG PANJANG.
Suasana sore di komplek Pesantren Darul Ulum Padang Magek, dilalui berbagai aktivitas oleh para santri. Ada yang menghafal, ada yang olahraga, ada yang belajar, ada yang berkarya, ada pula yang sedang berbelanja.
Ini semua tentu mereka lalui dengan ketentuan yang berlaku. Mereka yang olahraga seizin guru pengampu. Mereka yang belanja juga begitu. Mereka yang berkarya membuat kandang ayam juga begitu.
Tidak lepas dari pantauan guru pengawas asrama, yang menjaga mereka siang dan malam. Guru pengawas atau pengampu ini, juga mencatat santri yang tidak ikut shalat berjamaah setiap waktu di mushala.
Tiga kali berturut-turut tidak shalat berjamaah, tanpa alasan yang bisa diterima, maka surat teguran akan melayang dari pimpinan pondok.
Sempat menerima teguran kedua, orang tua/wali santri akan diberitahu. Bila sudah menerima teguran ketiga kali, maka diminta orang tua/ wali menjemput anak tersebut.
Itulah salah satu disiplin dasar di Pesantren Darul Ulum Padang Magek. Santri dipersilahkan beraktifitas apa saja. Tapi soal shalat berjamaah di mushala, lima waktu sehari semalam, adalah hal yang utama.
Zikir Bersama
Usai magrib di Pesantren Darul Ulum Padang Magek dilaksanakan zikir bersama. Biasanya, sebelum zikir ada beberapa nasihat dari Guru Besar Darul Ulum Buya H. Jakfar Tuanku Imam Mudo.
Seperti pada Selasa malam, (26/09/23) beberapa waktu lalu, Buya Jakfar, menyampaikan antara lain, tentang, Maulid Nabi, yang memiliki banyak hikmah. Seperti mendorong membaca sholawat, ungkapan kegembiraan, rasa syukur, mengajarkan kedermawanan, keadilan, meneguhkan rasa cinta kepada Rasulullah, meneladani perilaku baik Rasulullah, dan melestarikan ajaran Rasulullah.
Buya Jakfar, menganjurkan kepada jamaah zikir darul ulum, agar Maulid Nabi menjadi momentum untuk mengirimkan selawat kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak mungkin.
“Dengan memperbanyak selawat dalam kehidupan sehari-hari, kita harapkan mendapat syafaat dari Nabi di akhirat nanti,” katanya. Menurut Buya Jakfar, Maulid Nabi artinya merayakan dengan gembira, kehadiran sosok yang mulia dan sempurna, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Selain itu, peringatan Maulid Nabi, juga berarti merayakan kehadiran sosok suri teladan umat Islam. Sebagaimana hal itu tertulis dalam arti surat Al-Ahzab ayat 21.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah, itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,” (Al-Ahzab ayat 21).***
Penulis: Kadinas Kominfo Kota Padang Panjang.
Jika pembaca tertarik berdonasi agar tetap bertahan pendidikan ala Surau di masa dulu di Minangkabau, dapat menyalurkan ke:
Bank Nagari Syariah
Rekening: 72020201001560
A/n. PONDOK PESANTREN DARUL ULUM Padang Magek.