Minangkabau dicatat Belanda memiliki sekolah terbanyak di Nusantara. Surau itulah yang dianggap sekolah tradisional yang menggabungkan ilmu agama dan adat istiadat.
Mak-adang.com, PADANG PANJANG.
Setiap Ahad pagi, 07.00 mulai 11 September 2023 ini, Mak-adang.com menurunkan: Kisah Surau Tuo secara berseri. Berikut tulisan pertama dari Ampera Salim Datuak Patimarajo, pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Padang Magek, Batusangkar. Selamat mengikuti.
***
Sejak dahulu Minangkabau dikenal sebagai daerah Islamis. Ungkapan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabbullah (ABS-SBK) sudah mengental di tengah masyarakat. Sehingga dalam Seminar Kebudayaan di Batusangkar tahun 1970, yang juga dihadiri Bung Hata dan Buya Hamka, tertuanglah, bahwa syarat menjadi orang Minangkabau, harus beragama Islam dan mengakui bahwa nenek moyangnya turun dari Gunung Marapi.
Akhir abad 19, Pemerintah Belanda mencatat di kepulauan nusantara ini, terdapat sekolah partikulier terbanyak ada di Minangkabau. Mahmud Yunus pernah menghimpun data sekolah non formal seluruh Indonesia awal abad 20. Jumlahnya hampir seribu sekolah.
Darimana datangnya angka sejumlah itu? Jangan lupa, bahwa sekolah yang dimaksud Belanda itu, adalah pengajian di surau-surau yang ada hampir di tiap nagari di Minangkabau.
Surau dahulu itu, tidak sama dengan mushala sekarang. Dahulu surau itu tempat belajar segala ilmu. Mulai dari ilmu agama, berupa pembacaan Al-Quran dan pengetahuan agama lainnya, sampai pada ilmu adat berupa sejarah dan pepatah-petitih.
Lulusan surau inilah yang menjadi pemimpin di nagari. Mereka yang tamat surau masa itu, paham dengan agama mengerti dengan adat dan sangat peka dengan kehidupan sosial. Kalaupun mereka yang bergelar datuk, maka orang juga menyebutnya dengan Ungku Datuk. Itulah kelebihan lulusan surau.
Pengajian-pengajian surau seperti itu, yang dulu bertebar di nagari-nagari, semakin lama jumlahnya makin menciut. Dari seribu akhirnya menjadi seratus dan kini barangkali hanya tinggal puluhan di seluruh Minangkabau ini. ***
ampera salim sh. m.si kini kadinas kominfo Kota Padang Panjang.
One thought on “Kisah Surau Tuo (1): DULU DAN KINI.”