logo mak-adang.com

Kisah Surau Tuo (19): PENGORGANISASIAN MAMAKIAH

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     14/01/2024    Kaba Ari ko,Kearifan Lokal   120 Views
Kisah Surau Tuo (19): PENGORGANISASIAN MAMAKIAH

Oleh: Ampera Salim SH. M. Si.

Mak-adang menurunkan setiap Ahad pagi pukul 07.00  tulisan bersambung tentang Surau Tuo, sebagai potret pendidikan masa lalu. Surau diyakin pendidikan terbaik dan paling modern yang mengagetkan penjajah Belanda masa itu. Di Surau pula perlawanan dan perjuangan kemerdekaan dimulai, baik fisik, mental, dan intelektual. Selamat membaca.***

Mak-adang.com, PADANG PANJANG.

Santri Ponpes Darul Ulum melakukan mamakiah, hanyalah yang laki-laki saja. Kini jumlah santri sekitar 350 orang dan sekitar 200 orang laki-laki. Mereka yang melakukan mamakiah ini, sudah diatur dari pondok kemana mereka melakukan perjalanan. Biasanya, santri senior sudah membagi jadwal perjalanan yunior mereka untuk 75 nagari di Kabupaten Tanah Datar, plus nagari-nagari yang ada di kabupaten tetangga.

Pengaturan ini penting, supaya tidak terjadi tumpang tindih dan supaya tidak terlihat berbondong-bondong menuju nagari tertentu. Tapi, kalau untuk satu nagari dijalani oleh dua atau tiga orang, itu sudah tidak masalah.  Beberapa kalangan dari masyarakat modern, ada yang memandang kegiatan mamakiah sebagai tindakan meminta-minta. Sedangkan Rasulullah Muhammad Saw, mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.

Menanggapi hal itu  kami tidak sepandapat. Santri kami mamakiah bukan mencari kekayaan. Tapi hanya sekedar mencari kebutuhan belajar. Kami tidak berbuat sesuatu yang dilarang oleh Rasulullah. Justru kami menganggap mamakiah ini, sebagai salah satu mata pelajaran pokok, melatih jiwa dan mengasah nurani.

Ditambahkan, Seorang penuntut ilmu yang mencurahkan tenaganya untuk menuntut ilmu syar’i, meskipun dia masih mampu untuk bekerja, boleh untuk diberikan bagian dari harta zakat. Hal ini karena menuntut ilmu syar’i termasuk bagian dari jihad fisabilillah.

Melakukan mamakiah akhir akhir ini hanya sekali seminggu, hari Kamis saja. Dahulunya hari Kamis dan Jum’at. Sampai hari ini tidak ada berpengaruh secara psikologis terhadap keberadaan santri Ponpes Darul Ulum.

Mamakiah sudah dipandang sebagai sebuah kegiatan mata pelajaran yang harus dilakukan. Sehingganya budaya mamakiah tidak melakat kepada diri mereka. Sebab, pada batas-batas tertentu, saat santri sudah pandai berceramah dan sudah tahu memberikan wirid pengajian, mereka tidak melakukan mamakiah lagi.

Karena itu pula, Pimpinan Ponpes Darul Ulum Padang Magek, akan tetap mempertahankan mamakiah sebagai salah satu mata pelajaran di pondoknya. Alasannya, selama ini, tidak ada masyarakat nagari-nagari di Tanah Datar yang diresahkan oleh anak santri yang mamakiah.

Malah sebaliknya banyak warga masyarakat yang merasa terbantu oleh kegiatan ini. Seperti dalam memanjatkan doa keluarga dan melapaskan nazar dan niat tertentu. Karena itu pula, anak santri Darul Ulum tidak merasa rendah diri dengan kegiatan mamakiah.

Bagi masyarakat Tanah Datar, sejak dahulu hingga kini sudah akrab dengan anak siak (santri) Surau Baru (Pesantren Darul Ulum) Padang Magek. Seperti diakui M. Nasir Naid, salah seorang tokoh masyarakat Nagari Lima Kaum.

Menurutnya, kalau ada anak anak seusia sekolah pakai sarung , pakai peci hitam dan membawa buntia, itulah cirri khas santri Pondok Pesantren Darul Ulum Padang Magek.

Mereka sangat dibutuhkan oleh masyarakat kami, untuk memanjatkan doa keluarga. Kalau ada warga masyarakat yang ingin berdoa untuk arwah orang tua-tua, tidak sulit menunggu orang siak (pelafal doa).

Tunggu saja kehadiran anak siak dari Padang Magek setiap hari Kamis. Mereka juga tidak macam-macam. Cukup diberi bebrapa gelas beras atau sejumlah uang. Pokoknya lihlahi ta’ala, sama-sama ikhlas,” kata M Nasir Naid yang juga salah seorang Sarjana IAIN. Selain berguna untuk melatih kesabaran diri dan mengasah jiwa, mamakiah juga sangat berguna untuk tempaan moral calon pemimpin masyarakat. ***

Penulis: Kadinas Kominfo Kota Padang Panjang.

Jika pembaca tertarik berdonasi agar tetap bertahan pendidikan ala Surau di masa dulu di Minangkabau, dapat menyalurkan ke:

Bank Nagari Syariah

 Rekening: 72020201001560
A/n. PONDOK PESANTREN DARUL ULUM Padang Magek.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *