Teh telur. Bumbu dari Pak Jar, pemilik Masjid Hijau depan gerbang Nagari Pariangan.
Saking semangat, saya ikuti sesuai petunjuk. Mulai cara mengaduk, vanili dan garam sedikit. Air yang full menggelegak, ada pula daun pandai di dalamnya.
Setelah adoban yang dikocok sudah mengembang dan memutih, air panas dituang sambil diaduk. Tak lypa untuk pewarna, topping kata orabf, saya tabur coklat bubuk.
Wow amazing, inilah ubtung dari beternak ayam kampubg. Gratis telur dengan kuning oren untuk dapur. Juga teh telur ini.
Sambil nemutar ceramah Prof. UAS di Merlung, Jambi, teh telur ini pun meluncur hangat di kerongkongan.
Ia pun habis dalam tempo 10 menit. Ada rasa pandan, coklat, dan gulo anaunya.
Barulah setelah habis saya baru sadar, mengapa teh telur…