Catatan Harianku (54) TERINSPIRASI PROF. SRI E. SWASONO.

Mak-Adang.com mengisi ‘pundi-pundi’ karya dan amal lagi dengan tulisan tentang Prof. Edi Swasono. Mengapa ada rasa haru bertemu beliau? Dan sebagaimana penulis, tulisan ini diselesaikan menjelang pulang dalam KRL Jabotabek. Yakni saat sampai di Stasiun Kalibata, 10 September  2015, pukul 20.13. Selamat membaca.***

SI BUNGSU SAYA BERI NAMA SRI ARSUCI.

Oleh : Andi Mulya

Bertemu dan dirangkul guru besar Universitas Indonesia Prof. Dr. Sri Edi Swasosono, yang saya kagum kepadanya karena mewarisi visi ekonomi kerakyatan ajaran Bung Hatta. Bung Hatta adalah Proklamator dan Bapak Koperasi Indonesia, Juga pendiri Palang Merah Indonesia (PMI). Lalu, Prof. Sri adalah pengagum sekaligus minantu Bung Hatta. Saya katakan pula si bungsu saya beri nama Sri Arsuci Mulyaputri karena Sri adalah nama-nama orang terpuji.

Jauh sebelum itu saya juga mengenal dan pernah mewawancarai tokoh reformasi usai keluar penjara yakni Dr. Sri Bintang Pamungkas, tak lain adalah adik Prof. Edi Swasono.

Lalu Sri yang lain tentu banyak lagi. Juga saat menjadi tenaga ahli DPR RI ‘bos’ saya dari Yogya sangat hati-hati agar tidak salah menuliskan nama Sri Sultan Humengku Buwono. Satu pengalaman baru saya rasakan kala itu.

Dan jangan salah maestro Minangkabau yang hebat bernama Sri Maharaja Diraja.  Ia adalah ayah Datuk Ketemangungan, yang menata pemerintahan Minangkabau Raya atas 22 Nagari pertama, bersama Datuk Parpatih Nan Sabatang.

Prof. Sri adalah yang saya kagumi. Tapi ia membuat saya tersanjung dengan merangkul setelah saya perlihatkan foto novel Mak Adang dari Nagari Keramat yang berkisah tentang persahabatan Mamak saya H. Azinar Rasyidin–yang saya panggil Mak Adang– dengan Bung Hatta itu, sekitar 1948-1955 menjelang Mamak ke Amerika.

Dapatkah kemenakan Mak Adang bersalaman dan berfoto dengan putri sulung Bung Hatta yang perangkonya  diluncurkan di monumen nasional tadi pagi?