Mak-Adang.com, Jakarta.
Kerusuhan Hari ke Lima yang terjadi di Prancis menjadi sorotan internasional karena dampaknya yang meluas. Salah satu kejadian dramatis adalah pembakaran rumah seorang wali kota di pinggiran Kota Paris, yang menyebabkan luka-luka pada istri dan anak-anaknya. Ikuti tujuh fakta berikut ini tentang peristiwa tersebut.
1. Rusuh Hari ke Lima
Sebuah kerusuhan yang dipicu oleh penembakan seorang remaja di Prancis terus meluas dan berdampak pada berbagai wilayah. Salah satu peristiwa dramatis terjadi ketika para perusuh membakar rumah seorang wali kota di pinggiran Kota Paris, mengakibatkan luka-luka pada istri dan anak-anaknya. Kejadian ini menimbulkan perhatian internasional dan memunculkan kontroversi mengenai kekerasan dan rasisme polisi.
BACA : JANGAN SASLAH KAPRAH, BEGINI KEHIDUPAN BERAGAMA DI PERANCIS.
2. Rumah Wali Kota Dibakar.
Pada pukul 01.30 waktu setempat, rumah wali kota L’Hay-les-Roses di selatan Paris, Vincent Jeanbrun, dibakar oleh para perusuh. Wali kota tersebut tidak berada di rumah saat pembakaran terjadi. Namun, istri dan kedua anaknya mengalami luka-luka akibat peristiwa tersebut. Mereka berhasil melarikan diri melalui halaman belakang rumah. Jaksa setempat telah membuka penyelidikan atas kasus ini, namun belum ada tersangka yang berhasil ditangkap.
3. Kementerian Dalam Negeri Prancis, seperti dilaporkan CNN, telah mengumumkan bahwa sebanyak 1.311 individu telah diamankan oleh aparat keamanan sejak dimulainya gelombang demonstrasi empat hari yang lalu. Namun, kantor berita itu memprediksi jumlah yang ditangkap mungkin melebihi angka 2.000 orang.
Pemerintah negara itu juga mengungkapkan bahwa setidaknya 96 anggota kepolisian mengalami luka-luka saat mereka menjalankan tugas menjaga keamanan selama unjuk rasa yang berlangsung di beberapa wilayah. Tercatat 58 serangan langsung dilancarkan terhadap aparat kepolisian.
Pemerintah mendata protes ini telah menyebabkan terjadinya 2.560 titik kebakaran di jalan-jalan umum. Di antara jumlah tersebut, sebanyak 1.350 mobil terbakar dan 234 bangunan ikut menjadi korban kebakaran.
4. Pemicu Awal.
Kerusuhan dipicu penembakan seorang remaja berusia 17 tahun bernama Nahel, yang merupakan keturunan Aljazair dan Maroko. Remaja tersebut ditembak oleh seorang petugas polisi saat melanggar lalu lintas di Nanterre, pinggiran Paris, pada tanggal 27 Juni. Video penembakan tersebut menimbulkan keluhan lama terkait kekerasan dan rasisme polisi di Prancis.
5. Respons Otoritas
Otoritas setempat merespons kerusuhan ini dengan mengerahkan 45.000 personel polisi yang dilengkapi dengan kendaraan lapis baja dan helikopter di tiga kota terbesar Prancis, yaitu Paris, Lyon, dan Marseille. Titik kerusuhan terbesar terjadi di Marseille, di mana polisi menggunakan gas air mata dan terlibat bentrokan dengan pemuda di sekitar pusat kota hingga larut malam.
6. Agenda Presiden Batal.
Akibat dari kerusuhan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron terpaksa menunda kunjungan kenegaraannya ke Jerman yang sebelumnya dijadwalkan pada tanggal 2 Juli. Presiden akan fokus menangani krisis ini, yang merupakan tantangan terberat bagi kepemimpinannya sejak protes “Rompi Kuning” yang melumpuhkan sebagian besar Prancis pada akhir 2018.
7. Konteks Politik dan Sosial
Peristiwa ini memperlihatkan adanya ketegangan sosial dan politik yang signifikan di Prancis. Munculnya keluhan terkait kekerasan polisi dan rasisme mencerminkan ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap sistem keamanan dan penegakan hukum. Kerusuhan ini juga dapat diinterpretasikan sebagai respons terhadap ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang dialami oleh kelompok minoritas di Prancis.
Laporan ini dibuat berdasarkan informasi yang tersedia hingga tanggal 3 Juli 2023 dan merujuk pada sumber berita Reuters dan CNN (rma1).
Foto: pexels/alex-azabach.