Bila Salah Memahami Hadist.
“Masjid ini begitu istimewa karena tidak memiliki kubah yang biasanya terdapat pada masjid-masjid lainnya?” Demikian tanya UAS di awal ceramah Subuh di Masjid Al-Jabar, Bandung, akhir Juni (27.6) lalu. Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, kala itu sekaligus mengumumkan akan mengakhiri jabatan hinggan September 2023.
Tapi UAS mengisyaratkan tidak sombong karena prestasi. Ada Allah swt yang lebih tinggi. “Allahuakbar,” teriak UAS yang diikuti jamaah, tampak di youtube resminya.
UAS lalu mengatakan Kang Emil, panggilan Gubernur Jabar itu, akan dicap bid’ah bila hadist dipahami secara salah.
UAS menjelaskan bahwa bahkan Masjid Nabi yang pertama juga tidak memiliki kubah. “Lantai pasir, tiang batang kurma, atap dari daun kurma yang dianyam, dinding dari tanah liat,” jelas UAS.
Namun, sebagai seorang arsitek, Emil telah menciptakan 99 kubah untuk masjid provinsi di Makassar. “Jadi, jika kita menggunakan definisi dari Hadis bahwa apa yang tidak dibuat oleh Nabi adalah bid’ah, maka bid’ah terbesar adalah masjid dengan 99 kubah ini.”
Soal masjid Al Jabar? Unik, bukan? Saya dulu berpikir, di mana kubahnya? Ternyata, sudah ditukar di Makassar.
UAS kemudian menjelaskan bahwa saat Kota Konstantinopel ditaklukkan oleh Muhammad Al-Fatih pada usia 21 tahun, ia melihat bangunan yang memiliki atap melengkung yang dikuasai oleh raja Bizantium saat itu. Umat Islam kemudian mengadopsi atap melengkung tersebut sebagai kubah. “Itu adalah bangunan yang bagus karena dengan atap melengkung, shaf makmum tidak terputus saat melakukan sholat berjamaah.” Sekali lagi ditegaskkan hal itu juga bukan ajaran nabi. Sehingga jangan mudah membid’ahkan sesama umat Islam.
Jadi, UAS mengingatkan bahwa perubahan yang dilakukan oleh Kang Emil pada masjid ini bukanlah masalah ibadah, tetapi lebih berkaitan dengan dunia yang Allah serahkan sepenuhnya kepada manusia untuk belajar dan mengembangkannya dengan lebih baik.
UAS juga menyindir tentang prestasi yang telah ditunjukkan oleh Emil sebagai gubernur sebelumnya. Menurut UAS, prestasi tidak boleh membuat kita sombong. “Maka setiap orang di Jabar, jika ditanya ‘Kumaha’ (Bagaimana), jawabnya ‘Alhamdulillah, Jabar juara, Allahuakbar’,” ungkap UAS.
Masjid Al-Jabbar juga memiliki keistimewaan lainnya. Sebelumnya, Emil mengatakan tentang berdakwah melalui tiga jalur, termasuk kontribusi dalam mendesain masjid. Masjid Al-Jabbar memiliki luas 25 hektar, dan setengahnya adalah area kolam atau genangan air yang ramah lingkungan dan sejuk. Selain itu, masjid ini juga hemat energi dengan menggunakan teknologi panas matahari untuk cahaya dan listrik, serta penggunaan AC yang efektif dengan jarak tidak lebih dari 2 meter dari orang yang berada di dalam masjid. AC tersebut keluar dari tiang yang ada di dalam masjid.
Menurut UAS, ada satu keistimewaan lain dari masjid ini, yaitu namanya yang unik. Hanya ada satu masjid di Indonesia dengan nama seperti ini. “Saya rasa dari seluruh kabupaten dan provinsi di seluruh Indonesia, hanya provinsi ini yang dapat memberi nama masjid dengan nama provinsinya sendiri, yaitu Al-Jabbar,” kata UAS. UAS kemudian membaca satu persatu Asmaul Husna (nama-nama baik Allah) seperti Ar-Rahman dan Ar-Rahim, tetapi tidak menemukan seperti Al-Jabbar. “Misalnya, jika kami berada di Riau, membuat masjid provinsi dengan nama Ar-Riau, itu tidak mungkin.” UAS disambut senyuman oleh jamaah.
UAS juga memuji Masjid Sumatera Barat yang tidak memiliki kubah tetapi tetap unik. “Ternyata arsiteknya adalah Dr. Ridwan Kamil.”
Sejarah
Pada tahun 2018, Gubernur Ridwan Kamil menginisiasi pembangunannya menjadi salah satu proyek pembangunan meningkatkan fasilitas keagamaan dan memperkuat identitas Islam di kota Bandung.
Masjid Aljabar didirikan di atas lahan seluas 5.000 meter persegi dengan desain arsitektur yang modern dan menarik.
Pembangunan Masjid Aljabar berlangsung selama beberapa tahun dengan melibatkan banyak tenaga ahli dan kontraktor terkemuka. Gubernur Ridwan Kamil memiliki visi untuk menciptakan masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan keagamaan bagi masyarakat.
“Pada awal berdiri, saya kuatir masjid kosong karena tidak ada jamaah, tapi Alhamdulillah, banyak warga yang sholat lima waktu di sini,” katanya. Emil juga mengungkapkan musyaf al-Qur’an yang disediakan hanya untuk dibaca di tempat. Sebab sebelumnya sudah 7.000 kitab suci itu hilang.
Stetmen yang kemudian bagian ini saja yang ramai diberitakan oleh media. Adapun Emil berdarah turunan kiyai dan memiliki delapan pondok pesantren dari kakeknya, tidak disebutkan. Termasuk sebagai pelanjut Da’wah walau ia memilih menjadi birokrat.
3 thoughts on “KATA UAS EMIL BID’AH SOAL BANGUNAN MASJID.”