Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mencetuskan kebijakan Haji Ramah Lansia. Kementerian Agama (Kemenag) menyusun berbagai aturan, program, dan kegiatan. Spiritnya adalah melayani sepenuh cinta dan pengabdian, memberikan pelayanan, pengabdian, dan sentuhan kemanusiaan kepada Lansia dalam beragam kenyataan di lapangan.
Demikian Badriyah Fayumi, Anggota Amirul Haj 1444 H, menuliskannya dari Masjid Nabawi 19 Zulhijjah 1444 H. Dimuat di situs resmi Kemenag RI.
Pujian
Berbagai tindakan nyata dilakukan dalam bentuk bimbingan dan pedoman manasik haji ramah Lansia. Layanan kesehatan yang memperlakukan Lansia seperti orang tua sendiri, pendampingan dalam aktivitas sehari-hari, mulai dari ibadah, makan, minum, mandi, ganti baju, membersihkan diri, menaikkan kursi roda, mendorong, menggendong, hingga membantu naik turun kendaraan.
BACA: Review: ALASAN ANWAR ABBAS SIAP HADAPI PANJI GUMILANG.
Para jemaah haji Lansia diberikan kemudahan dalam ibadah, diistirahatkan lebih banyak, diwakili dan dibantu dalam beberapa aspek manasiknya, diberikan akses khusus dan kesempatan pertama saat memasuki ruang publik, serta diprioritaskan untuk kembali ke Tanah Air lebih cepat jika seat pesawat memungkinkan.
Sejak awal persiapan, Kemenag telah menunjukkan komitmennya untuk Haji Ramah Lansia ini. Mereka mempelajari Fikih Taysir (Fikih yang memudahkan) melalui serangkaian diskusi hingga menghasilkan buku-buku pedoman ibadah dan manasik haji yang kemudian dijadikan infografis, flyer, dan materi lainnya agar mudah diakses dan dipahami. Rekrutmen dan pelatihan petugas juga dilakukan dengan perspektif ramah Lansia. Bahkan, tahun ini, Kemenag menyiapkan bidang khusus untuk pelayanan Lansia di semua kantor Daerah Kerja (Daker) dan sektor. Meskipun demikian, pelayanan Lansia dengan kasih sayang tidak hanya dilakukan oleh petugas khusus, melainkan oleh semua petugas haji di lapangan.
Para jemaah Lansia memberikan testimoni positif terhadap para petugas. Mereka merasa diperhatikan dan mendapatkan pelayanan yang baik. Beberapa bahkan terharu dan menitikkan air mata syukur. Keluhan yang ada lebih berkaitan dengan keterbatasan petugas, baik jumlah, waktu, tenaga, maupun rasio antara petugas dan jemaah Lansia.
Perlu diperhatikan bahwa pelayanan terhadap Lansia membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak. Satu petugas yang biasanya dapat mengatur 40 orang non Lansia naik ke bus, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membantu 10 orang Lansia. Jumlah Lansia tahun ini mencapai sekitar 30% dari total jemaah haji Indonesia, sedangkan jumlah petugas tidak mengalami peningkatan. Oleh karena itu, beban petugas haji tahun ini sangatlah besar. Namun, pelayanan Lansia ini dilakukan dengan sukarela oleh semua petugas, bukan hanya oleh petugas khusus.
Haji Ramah Lansia 1444 H/2023 M adalah bentuk penghormatan negara terhadap para orang tua. Ini juga menunjukkan akhlak bangsa yang beradab dan menghargai kemanusiaan. Kehadiran Haji Ramah Lansia juga mencerminkan empati dan penghormatan Menteri Agama sebagai Amirul Haj Indonesia terhadap kemanusiaan para Lansia, sebagaimana baktinya Gusmen kepada sang Ibu. Empati dan penghormatan ini seharusnya ada dalam semua ruang kehidupan, baik dalam keluarga, bangsa, maupun negara. Hal ini sebaiknya diinstitusionalisasikan dalam kebijakan negara dan budaya masyarakat.
BACA: Nadirman : Evaluasi Sosok Kandidat DPP Iluni UNP.
Evaluasi
Tulisan ini menarik dibaca oleh internal Kemenag RI atau pun oleh Gusmen sendiri. Misalnya disebutkan pengambil kebijakan Kemenag, dan petugas haji di lapangan tahun ini memberikan contoh nyata bagaimana negara hadir untuk menghormati, membahagiakan, dan memberikan hak-hak Lansia melalui penyelenggaraan haji ramah Lansia.
Untuk penyelenggaraan haji tahun-tahun mendatang, perlu diperhatikan beberapa catatan penting, seperti istitha’ah yang dikaitkan dengan badal haji dan pendampingan. Banyak hal yang perlu diperbaiki dan dikaji karena jumlah jemaah haji Lansia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2023 adalah tahun pertama di mana Lansia menjadi tema utama dalam penyelenggaraan haji, baik dalam kebijakan maupun tindakan lapangan.
Akan lebih elok bila penulis menggambarkan sisi yang belum terpenuhi sebagai kritik untuk evaluasi di masa datang. Jumlah jamaah haji Indonesia adalah terbesar, dan harapan seerta kondisinya tentang layanan juga berbeda-beda. Apakah misalnya Kemenag sudah mengagendakan layanan bahasa atau komunikasi bagi Lansia. Itu misalnya satu contoh. Bila dikaji akan sangat panjang penjelasannya psikologis Lansia karena keterbatasan cara berkomunikasi, apalagi terkait bahasa, seperti Lansia dari daerah. Evaluasi itu penting, ibarat makan ada enaknya sop atau semur, tapi harus ada sambal yang pedas, sesuai porsinya (andi mulya).
2 thoughts on “Review Haji Ramah Lansia: TEROBOSAN KEMENAG RI. EVALUASINYA BAGAIMANA?”