logo mak-adang.com

Catatan Harianku (42): “MASIH JADI WARTAWAN KAH?”

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     14/08/2023    Catatan Harianku   264 Views
Catatan Harianku (42): “MASIH JADI WARTAWAN KAH?”

 

Ini adalah tulisan di facebook delapan tahun lalu.  Intinya wartawan beralih menjadi banyak profesi karena potensinya bisa menjadi apa saja,  di kota jasa,  seperti Jakarta.  Selamat  membaca.  ***

Mak-adang.com, JAKARTA.

Yuliantino kini redaktur ekonomi di Suara Pembaruan. Walau sama-sama bermukim di Jakarta, kami lama tidak bertemu.

Kemarin di stasiun Cawang, dari jauh dia menyapa dengan senyum. Ujung-ujungnya diketahui Yul baru pulang dari mendaftar Ui Depok untuk mendaftar wisuda S2 Komunikasi.

Saya kemudian maklum akan senyum gembiranya saat pertama bertemu. Ia baru lepas dari perjuangan panjang 2 tahun kuliah sambil bekerja. Sesuatu yang 12 tahun lalu saya alami.

Dan kini ia seakan memperlihatkan penuh bangga, seakan berkata: “Saya sudah ikuti jejakmu bang Andi.”

Lalu kami pun tenggelam dalam cerita perjuangan sekolah di Ibukota sebagai wartawan yang dulu sama-sama meliput di Departemen Perhubungan. Juga nasib yang sama, yakni sama-sama tidak beroleh beasiswa.

Apakah bang Andi masih jadi wartawan? Tanya yang lazim bagi wartawan di Jakarta terkait banyak sekali peluang bagi wartawan karena hubungan baik dengan banyak orang, juga potensi menulis yang berguna di kota jasa seperti Jakarta.

Saya mengeluarkan kartu nama sebagai redaktur di majalah Nelayan Tani. Kemudian satu novel yang tersisa di ransel. Yul pun senang, apalagi setting lokasinya di Medan. Yul bermarga Situmorang.

Dia menggeleng sambil terus membolak-balik novel nagarikeramat.blogspot.com ini.

Lalu, saat tahu saya mengambil S3, Yul pun ingin langsung berkuliah S3. Saya ingin nanti jadi dosen, katanya.

Menjadi dosen memang pilihan banyak wartawan. Karena perannya sama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tanpa terasa 1,5 jam kami bercerita tanpa terhitung lagi sudah berapa kereta api yang lewat menuju Bogor atau Jakarta.

“Bang Andiiii,” panggilan Zamroni, yang baru turun dari kereta, mengagetkan saya dan Yul. Jadilah Izzam, adik di Yayasan Ilmu Indonesia dulu, berfoto dengan buku yang dipinjam milik Yul.

Izzam buru-buru ke TMII karena aktif sebagai pelatih fisik atlet silat DKI.

Dua Adinda yang bertemu secara tak sengaja ini, sangat membanggakan saya. Selamat Wisuda Yuliantino M.Si. Selamat Izzam. Semoga keduanya menjadi pemenang kehidupan.

Salam.

Jakarta,  14 Agustus  2015.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *