logo mak-adang.com

Kisah Surau Tuo (2): ‘BAKEH TANGAN’ MALIN KUNIANG.

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     17/09/2023    Kearifan Lokal 3   545 Views
Kisah Surau Tuo (2): ‘BAKEH TANGAN’ MALIN KUNIANG.

Mak-adang menurunkan setiap Ahad pagi pukul 07.00  tulisan bersambung tentang Surau Tuo. Ikuti pula edisi Ahad depan (3) berjudul: “RODA PADATI PENDIDIKAN SURAU.”  Selamat membaca.***

Oleh : Ampera Salim SH. M. Si. 

Mak-adang.com, PADANG PANJANG. Salah satu yang tertinggal itu, kini ada di Padang Magek, Rambatan, Tanah Datar. Sekarang namanya Pondok Pesantren Darul Ulum. Berdiri sejak tahun 1942 dengan kehadiran Surau Baru di bawah asuhan Tuanku Salim Malin Kuning (1917-1987).

Tersebut dengan nama Surau Baru, karena sebelumnya di daerah sekitar telah ada surau tempat mengaji, yaitu Surau Ateh Duyan (durian) atau disebut juga Surau Lurah. Letak tidak jauh dari lokasi Darul Ulum saat ini.

Nan Pokan Lalu: Kisah Surau Tuo (1): DULU DAN KINI.

Konon, kata masyarakat setempat, Surau Ateh Duyan diperkirakan aktif beberapa puluh tahun setelah Perang Paderi 1837. Masa itu murid-murid yang datang ke sini ada yang berasal dari Taluk Kuantan, Riau dan beberapa daerah di Jambi.

Di awal tahun 1900, gemerlap Surau Ateh Duyan pudur. Sehingganya anak nagari Padang Magek yang lahir di awal tahun 1900 mencari surau di nagari-nagari lain, sebagai tempat menuntut ilmu.

Salah seorang dari anak nagari Padang Magek yang pergi mengaji ke luar daerah itu adalah Salim yang kemudian bergelar Malin Kuning. Pertama kali beliau mengaji dengan Tuanku H. Kahar di salah satu surau di Padang Magek. H. Kahar berasal dari Taluk Kuantan, Riau. Masa itu H.Kahar menetap di Padang Magek. Makam H. Kahar ada di samping depan Masjid Tawakal, Padang Magek sekarang ini.

Carito Lain:  Ota Lapau (16): DATUAK CORONA DAN PAK LURAH.

Selanjutnya, Salim Malin Kuning mengaji ke surau Tuanku H. Legan di Singkarak, Solok. Terus berlanjut ke Suarau Belok di Selayo, Solok. Kemudian dia mengaji lagi dengan Tuanku Kali Tuo di Tanjung Balik, Solok. Kemudian pindah ke Surau Tuanku Lubuk Pua di Pariaman. Berlanjut dengan Tuanku Mudo di Taluak Kuantan, Riau. Beberapa waktu kemudian pindah ke Surau Tuanku Kuning di Saruaso, Tanah Datar. Berakhir dengan Tuanku Bagindo di Sungai Sariak, Padang Pariaman.

Pada tahun 1942, dalam usia 25 tahun, Tuanku Salim Malin Kuning menetap dan menjadi Tuanku di Padang Magek. Sejak itu pula, beliau mulai mengajar berbagai ilmu agama di surau kaumnya yang ketika itu baru saja dibuat. Itulah Surau Baru yang hingga kini masih tegak berdiri di lingkungan Ponpes Darul Ulum Padang Magek. Sampai kini Darul Ulum masih bertahan.

***

Baco Juo : BEGINI CARA ORANG MINANGKABAU MENGUNGKAPKAN BEBERAPA CARA TENTANG ORANG KURUS.

Jika pembaca tertarik berdonasi agar tetap bertahan pendidikan ala Surau di masa dulu di Minangkabau, dapat menyalurkan ke:

Bank Nagari Syariah

 Rekening: 72020201001560
A/n. PONDOK PESANTREN DARUL ULUM Padang Magek.


3 thoughts on “Kisah Surau Tuo (2): ‘BAKEH TANGAN’ MALIN KUNIANG.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *