logo mak-adang.com

Orang-orang di Rumah Sakit (3): TEK BAYA ‘PEGAWAI’ DESA LAUT.

 Dr. Andi Mulya, S.Pd., M.Si.     8/11/2023    Catatan Harianku 3   494 Views
Orang-orang di Rumah Sakit (3): TEK BAYA ‘PEGAWAI’ DESA LAUT.

Mak-adang.com menurunkan tulisan pengalaman  berobat ke rumah sakit di Kota Pinggir Sungai.  Banyak cerita menarik dari setiap orang yang ditemui di berbagai kamar,  sudut, lorong,  dan tempat  saat sama-sama menjaga keluarga.  Berikut kisah ketiga. Selamat mengikuti.

***

Mak-adang.com, KOTA MINYAK.

Tek Baya satu ini bertemu saya setelah dua hari di rumah sakit. Kulitnya putih, badan tidak tinggi, dan berhidung mancung.

Di rumah sakit ada tangga di sebelah lift. Sebelum keluar pintu lorong itu ada meja untuk mahasiswa akademi perawat sedang praktik. Pada pukul 06.00 mereka belum datang. Jadi orang-orang keluarga pasien bisa duduk di bangku panjangnya. Juga menaruh makanan dan minuman di meja tersebut.

Bila perlu air minum panas, tinggal keluar ke arah tangga. Di samping tangga berdiri dan duduk pula beberapa orang lelaki. Juga beberapa kali ada bapak-bapak yang wajahnya mirip wakil gubernur daerah ini.

Si Bapak itu duduk dengan menarik kursi plastik dari ruang duduk mahasiswa praktik tadi. Pemandangan ke pintu kaca terlihat jalanan. Sepeda motor dan mobil lewat satu-satu.

Ada banyak burung ketitiran bermain di kabel. Sepasang diantaranya sedang bercanda dan saling patuk. Musim kawin mungkin.

Tek Baya ini datang dari daerah Tanjung di kepulauan. Naik kapal dan ambulan untuk sampai di sini. Ia dirujuk ke sini karena di daerahnya tidak lengkap layanan untuk patah tulang.

Lalu saya sampai akhirnya bertanya tentang pekerjaan. Ia aktif di satu kantor desa. Ia tahu jumlah penduduk orang asli, perantau, dan orang berkulit putih dari dataran negeri lain.

Waktu saya tanya betulkan banyak orang kulit putih yang masuk melalui daerah Tanjung? Seperti di beberapa daerah mereka masuk seiring banyak investasi negara asalnya dan menetap di sini?

Tek Baya menampiknya. “Di desa saya tak pernah ada,” jawabnya. Mereka orang lama dan tak lebih 10 kepala keluarga. Saya maklum info Tek Baya.

Sambil melipatkan tangan karena dingin pagi, Tek Baya cerita bahwa ia paham mengurus surat menyurat di kampungnya itu. Oleh sebab itu ia banyak menolong orang mengurus BPJS, KTP, surat pindah dan lain-lain. Namun yang banyak beroleh uang, katanya, dari mengurus surat tanah.

“Sama orang kantor desa belum tentu selesai, saya saya bisa,” katanya.

Saya teringat teori manajemen dan administrasi. Bila layanan banyak diurus oleh orang ketiga, berarti birokrasi baik SDM, struktur, dan teknologinya sangat buruk.

Kala itu di nagari baradat sedang proses pemilihan kepala negeri,
atau Tuak Palo. Tuak Palo yang lama sangat buruk kepemimpinannya. Sehingga ada yang menelpon saya saat senggang di rumah sakit itu.

“Kalau mau maju, setelah ini pecat saja semua perangkat yang dulu dipakai Tuak Palo itu,” begitu kata Mamak tersebut dari Batam.

Kembali ke Tek Baya ini, ia lebih awal sepekan dari saya mengawani mama di rumah sakit. Tapi keluar di hari yang sama. Sabtu awal bulan Oktober.

Soal lamanya di rumah sakit, Tek Baya mengajarkan kepada saya tentang sabar. Toh banyak orang lain yang dirawat inap/berobat sebulan lamanya.

Semua orang dari penyapu pagi, Satpam, perawat, dan pedagang kopi dan rumah makan Padang di kantin Dharma Wanita, menjadi kenal semua.

Tek Baya keluar Sabtu, Tapi baru kembali ke daerah Tanjung empat hari berikutnya. Berhubung jadwal kapal ke kampung halamannya hanya dua kali sepekan.

Tek Baya benar-benar seorang pejuang (andi mulya)***

Nantikan Orang-orang di Rumah Sakit,  Rabu depan (4): PELAJARAN DARI DATUK CORONA.

foto: web kota tanjung pinang.


3 thoughts on “Orang-orang di Rumah Sakit (3): TEK BAYA ‘PEGAWAI’ DESA LAUT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *