Mak-adang.com, JAKARTA.
Akhirnya Pak Shadiq Pasadigoe beroleh kesempatan terbaik tentang pandangan politiknya. Lebih menarik lagi di dalamnya terdapat hubungan bako-anak panca di Nagari Rao-Rao itu. Sehari-hari saya memangilnya Pak Shadiq, tanpa mengurangi rasa hormat, selanjutnya seperti dalam karya jurnalistik, saya menyebut nama saja.
Uleh 1: MAKNA KEMENANGAN SUARA SHADIQ TERKAIT PETA POLITIK LOKAL DI NAGARI KERAMAT RAO-RAO
Bako artinya keluarga ayah, dimana ayah Shadiq berasal dari Nagari ini. Shadiq sendiri dipanggil anak panca. Diluar kepentingan politik sekalipun, hubungan bako -anak panca cenderung naik turun. Bak roda pedati. Tegasnya menjadi baik di satu waktu dan sebaliknya di lain waktu. Pengalaman empiris, kawan sesama kos saya mengatakan: “bako akan terasa ‘jauh” saat ayah kita sudah wafat.”
Uleh 2: GANEFRI: DARI TOKOH AKADEMIK KE TOKOH POLITIK, MUNGKINKAH?
Keresahan itulah yang diungkap Shadiq kemaren siang. Jauh sebelumnya, saya juga mendengar Shadiq kembali merasa dibutuhkan oleh Nagari ini. Seperti ia ungkapkan baru ada dua orang Rao-Rao yang sampai menjadi anggota DPR-RI. Pertama yakni Rusli Desa, wartawan dan mantan ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel, tahun 1980-an menjadi ketua Komisi I DPR-RI.
Melengkapi terkait tersebut, Rao-Rao punya beberapa anggota DPR-RI, seperti Harlini Amran Lc., MA dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di awal reformasi. Sedangkan di Malaysia ada Prof. Firdaus Abdullah Ph.D., wartawan dan akademisi Universitas Malaya yang pernah menjadi anggota parlemen negeri jiran itu.
Uleh 4: SELAMAT JALAN SENATOR PROF. DATO’ FIRDAUS ABDULLAH
Komitmen Shadiq.
Saya teringat dua pekan lalu, Shadiq mengatakan tidak akan hadir dalam silaturahmi rasa halal bi halal ini. Alhamdulillah ia bersedia memberikan sambutan secara online.
Tapi tak banyak yang akan mencatat ucapan Shadiq tentang hubungan dengan Rao-Rao yang berbumbu politis. Pasalnya Shadiq bicara pada penghujung waktu pulang, 14.53, dari pukul 15.00 acara yang dijadwal sejak waktu dhuha.
Di dalam masjid LIPI/Brin, tidak banyak lagi orang. Di luar berkumpul lebih banyak tapi maota menjelang pulang.
Shadiq mengatakan komitmennya untuk membangun Rao-Rao. Tanpa dendam walau Pileg belum lama usai. “Saya akan bangun Rao-Rao. Tak akan membedakan mana yang memilih atau tidak memilih saya,” ucap Shadiq, pidato online. Tampak ia masih dalam perjalanan karena berada di dalam mobil.
Uleh 5: Info Galodo (1): SHADIQ PASADIGOE SAMPAIKAN RASA DUKA. INI AJAKANNYA KEPADA WARGA SUMBAR
Shadiq melanjutkan walau ia sudah sangat merasa “Rao-Rao” bahkan berbuat terbaik selama dua periode menjadi Bupati Tanah Datar, ucapan dan perkataan kepadanya jauh dari harapan.
Shadiq Pasadigoe mengatakan : “Saya bangga sebagai anak nagari Rao-Rao, walau secara politik kadang Rao-Rao menganak-tirikan saya.”
Ucapan di atas memperlihatkan Shadiq memiliki posisi ketokohan yang jauh lebih tinggi dari elit dan pengurus perantau Rao-Rao saat ini
Masih ingat di memori kita dulu selera politik elit Rao-Rao ini ia tuangkan dalam surat dukungan kepada salah satu calon bupati. Padahal organisasi perantau ini dibuat untuk semua kepentingan dan lapisan.
Uleh 6: KOK BISA? ALUMNI KESREK UNP BANGUN MASJID DI LOKASI STRATEGIS NAGARI TERINDAH DUNIA.
Itu saya nilai kecelakaan organisasi yang sepanjang hayat harus ditanggung oleh pengurus. Memcampur-adukan mana urusan sosial dan politik. Mana urusan individual dan komunal/bersama.
Hal itu juga dilakukan terhadap pemilihan wali nagari tempo hari. Yang menang bukan yang diselerai pengurus perantau.
Akibatnya pengurus memang banyak. Tapi pemimpin yang sangat kurang. Pemimpin yang berkata jujur, bertindak adil. Menghargai keputusan bersama walau hatinya tidak menyukai.
Pak Shadiq tampil dalam kondisi itu sekaligus memberi tamparan. Bukan kepada orang per orang. Tapi kepada mereka yang telah diberi amanah. ***