Oleh: Ampera Salim SH. M. Si.
Mak-adang menurunkan setiap Ahad pagi pukul 07.00 tulisan bersambung tentang Surau Tuo, sebagai potret pendidikan masa lalu. Surauu diyakin pendidikan terbaik dan paling modern yang mengagetkan penjajah Belanda masa itu. Di Surau pula perlawanan dan perjuangan kemerdekaan dimulai, baik fisik, mental, dan intelektual. Selamat membaca.***
Mak-adang.com, PADANG PANJANG.
Pada lokasi Ponpes Darul Ulum, Padang Magek, ada pemandangan alam yang menarik. Petak petak sawah berjenjang hingga ke pinggang Gunung Marapi. Terlihat juga tali temali bukit yang berjajar, yang disebut bukit panjang. Udara di sini terasa sejuk dari angin lepas di pelataran sawah yang luas.
Selain itu, pengunjung juga bisa mendengar gemercik air dari tali bandar tepi sawah. Seirama dengan alunan tafsir kitab kuning yang dibaca santri setiap pagi dan petang. Bila berkunjung ke sini inshaa Allah hati akan tentram. Sembari berziarah ke makam tampat koto, dan tampat ateh duyan.
BACO JUO : Review (11) ANIES AKHIRI KUNJUNGAN KE SUMBAR, INI PESAN MORAL BAGI PEMBUAT SURVEI.
Sarana Pendukung.
Setelah sampai di Darul Ulum, pengunjung dapat melihat kesederhanaan di situ. Ada Surau Lawik. Sebenarnya bangunan ini bukan surau. Melainkan lokal belajar santri yang terdiri dua lokal. Tersebab lokal ini juga digunakan untuk tempat tidur santri (asrama), maka para santri menyebutnya surau.
Letaknya arah ke barat di pinggiran sawah, para santri menyebutnya surau lawik. Surau arah ke laut. Meskipun laut sangat jauh dari sini. Di halaman surau lawik, ada lapangan bola kaki mini. Santri tiap sore main bola di sini dengan riang gembira.
Surau Belok. Menuju ke surau yang satu ini, berbelok ke kanan sebelum sampai di halaman Gedung Utama Ponpes Darul Ulum. Karena itu sejak dahulu surau ini disebut surau belok.
Terbuat dari tiang kayu, lantai papan, dinding papan. Surau ini didirikan oleh kaum keluarga H. Marjohan Sutan Mantari, kira kira tahun 1960-an. Hingga kini masih berdiri kokoh.
IKO JUO : 10 FAKTA LUAR BIASA DARI MASJID AGUNG ALI DI IRAK.
Santri laki laki Darul Ulum menghuni surau ini sekitar dua puluh orang. Mereka bersempit sempit. Malah ada satu ruangan, yang atapnya dilapisi terpal, agar hujan tidak masuk. Namun para santri tetap semangat. Mereka anggap, itulah salah satu perjuangan menuntut ilmu. Rela bersusah susah. Demi berharap ilmu yang berkah.
Surau Peto. Dalam komplek Pesantren Darul Ulum, Padang Magek, ada satu surau bernama surau murai. Dahulunya surau ini dibuat oleh Almarhum Gaek Malin Saidi. Ketika membuat surau ini Malin Saidi masih muda di tahun 1950-an. Masa itu surau murai terbuat dari tiang kayu, lantai papan, dinding anyaman bambu berupa sasak dan tadir. Setelah Malin Saidi meninggal, surau ini diwarisi adiknya Peto Kamat.
Tahun 2018, surau murai dibuat baru oleh kemanakan Malin Saidi. Ukurannya sama: besar, tingginya persis sama. Hanya bentuk atapnya beberbeda. Dahulu itu gonjong dua. Kini pakai kubah petak. Kini santri menyebutnya surau Peto. Surau peto ini dipersembahkan oleh kemanakan Malin Saidi untuk asrama Santri Pria Ponpes Darul Ulum. ***
Penulis: Kadinas Kominfo Kota Padang Panjang.
Jika pembaca tertarik berdonasi agar tetap bertahan pendidikan ala Surau di masa dulu di Minangkabau, dapat menyalurkan ke:
Bank Nagari Syariah
Rekening: 72020201001560
A/n. PONDOK PESANTREN DARUL ULUM Padang Magek.
INFO LAIN: ANDA ORANG MINANG (4): BAGAIMANA MENGABADIKAN NAMA PROF. HARUN ZAIN?