Oleh: Ampera Salim SH. M. Si.
Mak-adang menurunkan setiap Ahad pagi pukul 07.00 tulisan bersambung tentang Surau Tuo, sebagai potret pendidikan masa lalu. Surau diyakin pendidikan terbaik dan paling modern yang mengagetkan penjajah Belanda masa itu. Di Surau pula perlawanan dan perjuangan kemerdekaan dimulai, baik fisik, mental, dan intelektual. Selamat membaca.***
Mak-adang.com, PADANG PANJANG
Seorang kawan mengajak Ungku Jakfar, makan di rumah makan yang cukup besar dan wah. Ungku Jakfar makan sekedarnya saja. Tidak ada komentar sedikit pun. Ada pula kawan yang mengajak makan Ungku Jakfar, di tempat yang menunya dipesan sendiri. Lihat di daftar. Pilih sendiri. Kemudian pesanan tiba. Tinggal makan. Tapi setelah itu Ungku Jakfar tidak ada komentar.
Kemudian pada lain waktu, Ungku Jakfar diajak seorang kawan lain, makan di kedai nasi ramas, kecil sederhana. Setelah itu, beliau berpendapat. Dia lebih suka makan di tempat seperti itu.
SABALUM KO : Kisah Surau Tuo (9): CINCIN SIAPA PEMBELI BAHAN BANGUNAN PONDOK?
“Kalau bisa di tempat kita makan, merasa terbantu orang yang berjualan. Misalkan warungnya kurang jual beli. Kemudian kita belanja di situ. Mungkin lebih berarti bagi si penjual, dibanding rumah makan besar yang sudah ramai,” katanya.
Jika berkunjung ke tempat Ungku Jakfar di Ponpes Darul Ulum Padang Magek, Tanah Datar, Sumbar, maka lihatlah tempat duduknya untuk menerima tamu sederhana sekali. Di dekatnya ada termos air hangat. Ada kopi, teh, gula dan kue kue makanan ringan yang sederhana pula. Kepada tamu ditawari untuk membuat minum sendiri, apa yang disukai: teh atau kopi.
INFO PENTING: Review (11) ANIES AKHIRI KUNJUNGAN KE SUMBAR, INI PESAN MORAL BAGI PEMBUAT SURVEI.
Bila makan bersama beliau. Perhatikan ada di dekatnya botol garam halus. Beliau akan mencicipi garam itu terlebih dahulu, sebelum makan nasi. Begitu juga di akhir makan. Garam kembali beliau cicipi.
Kisah Ban Bocor
Ungku Jakfar sering bepergian menggunakan sepeda motor. Dengan motor usang itu, beliau sering pergi ke Kayu Tanam, Padang Pariaman rumah mertua beliau, dan juga ke Aripan, Kabupaten Solok rumah orang tua beliau.
Sekali waktu di malam hari, sekira pukul 23: 00, pulang acara zikir bersama di Aripan, motor Ungku Jakfar bocor di jalan tepi Danau Singkarak. Sehingga beliau terpaksa mendorong mencari bengkel tambal ban.
Orang-orang di Rumah Sakit (4): DATUK CORONA DAN RAMALANNYA.
Ada satu bengkel yang buka malam itu, tapi hanya untuk menambah angin ban saja. Sedangkan untuk menambal ban, peralatannya tidak ada. Oleh karena itu dia berkata, mudah-mudahan motor Ungku bocornya halus. Sehingga bisa tahan anginnya sampai ke pesantren. Besok paginya saja lagi, ditambal di Padang Magek.
“Baiklah,” kata Ungku Jakfar. Kemudian malam itu, Ungku langsung mengendarai motornya dengan tenang. Sambil jalan beliau banyak mengucap shalawat nabi. Tidak berhenti mulutnya komat kamit melafalkan shalawat, hingga sampai ke kediaman beliau di Pesantren Darul Ulum Padang Magek, Tanah Datar.
Ada apa PWI Sumbar (1): INI ARAHAN PWI PUSAT SETELAH BASYRIL BASAR DIBERHENTIKAN
Besok paginya Ungku Jakfar tak hirau lagi dengan kejadian semalam. Motornya tetap dipakai untuk berbagai keperluan di pesantren. Setelah tiga hari berikutnya, barulah Ungku Jakfar ingat, kalau tukang tambah angin berpesan, ban motor Ungku Jakfar mungkin bocor halus.
Teringat peristiwa itu, Ungku Jakfar langsung membawa motornya ke bengkel tambal ban. Pas sampai di bengkel itu, angin ban motornya habis. Ban itu kempes.Tak berangin lagi.
Setelah dilihat tukang tambal, ternyata ban motor Ungku Jakfar itu robeknya panjang. Hanya satu itu bocornya. Tidak ada bocor halus yang diperkirakan.
Ungku Jakfar juga heran. Kenapa robek panjang di ban dalam, tapi anginnya bisa tahan sampai tiga hari.
Akhirnya beliau mengira, itu bisa terjadi berkat ucapan shalawat nabi, yang beliau ucapkan tak henti henti malam itu. Sambil bermohon kepada Allah jangan sampai angin bannya habis di jalan malam itu.
PM JEPANG KUNJUNGI PM MALAYSIA. INI PEMBAHASANNYA, TERMASUK SOAL PALESTINA.
Begitulah yang dialami beliau Tuanku Jakfar Imam Mudo, Guru Besar Pondok Pesantren Darul Ulum Padang Magek, Tanah Datar Sumbar. Dengan motor yang tidak baru lagi itu pula, Ungku Jakfar selalu bepergian. Kadang ke Padang Panjang. Kadang ke Payakumbuh dan Batusangkar.
Ungku Jakfar tidak terpengaruh dengan model. Perinsip beliau, selagi bisa dipakai barang yang lama, tidak perlu dibeli barang yang baru. Hiduplah sederhana. Manfaatkan apa yang ada, di situlah adanya bahagia.
“Jangan terperdaya oleh dunia. Dunia sementara akhirat selamanya. Hindari sifat mubazir. Banyaklah bersedekah. Tingkatkan amal ibadah, untuk bekal hidup di akherat yang abadi,” nasehat Ungku Jakfar kepada murid murid beliau.***
Penulis: Kadinas Kominfo Kota Padang Panjang.
Jika pembaca tertarik berdonasi agar tetap bertahan pendidikan ala Surau di masa dulu di Minangkabau, dapat menyalurkan ke:
Bank Nagari Syariah
Rekening: 72020201001560
A/n. PONDOK PESANTREN DARUL ULUM Padang Magek.
Info Lain: INI KATA TASMAN, WALI NAGARI TERPILIH UNTUK MEMAJUKAN ‘NAGARI TUO’ PARIANGAN.
One thought on “Kisah Surau Tuo (11): CARA UNGKU JAKFAR MENGAMALKAN SUNNAH NABI”